Jakarta, NusantaraKini.com ~
Adaptasi adalah kemampuan menyelaraskan diri dalam lingkungan baru untuk survive.
Pendidikan sejatinya dimaksudkan untuk mendidik kemampuan anak manusia menyelaraskan diri dalam lingkungan yang dihadapinya, yang berubah secara terprediksi di masa depan maupun yang tidak terprediksi, guna mempertahankan kelangsungan hidupnya maupun mengembangkannya untuk kemaslahatan bersama.
Filosofi pendidikan semacam ini acapkali lengah dari kesadaran para pendidik — kalau bukan tidak diketahui sama sekali. Sehingga proses pendidikan terjadi demikian mekanis deterministik dan hampir-hampir sulit mengalami perubahan dan inovasi. Akibatnya, baik guru sebagai pendidik maupun murid atau siswa sebagai objek pendidikan, mengalami disorientasi, kehilangan arti dan motivasi, dalam menjalani rangkaian kegiatan pendidikan dan pembelajaran, maupun dalam menuntaskan semua tuntutan kurikulum pendidikan.
Pendidikan yang dijalani bertahun-tahun hanya memenuhi tuntutan business as usual saja. Menjalani apa yang ada saja. Akibatnya timbullah kebosanan dan keletihan dalam proses pendidikan. Pencapaian prestasi sekedar kuantitatif saja. Perlombaan dilakukan dan diikuti guna menyulut motivasi, tapi sebenarnya tidak diketahui untuk apa perlombaan itu diadakan dan diikuti, bila ditarik kepada kepentingan utama pendidikan: kemampuan anak manusia menyelaraskan diri dalam lingkungan yang dihadapinya, yang berubah secara terprediksi di masa depan maupun yang tidak terprediksi, guna mempertahankan kelangsungan hidupnya maupun mengembangkannya guna kemaslahatan bersama.
Semakin cepat dan terampil seorang anak manusia beradaptasi dengan lingkungan barunya, semakin dipandang genius. Oleh sebab itu, adaptasi ini mencakup waktu diperlukan adaptasi, dan kapasitas serta kompetensi adaptasi. Di sinilah diperlukannya pendidikan berdimensi dan berbasis intelektual, mental, emosional, dan kinestetik. Semua aspek kecerdasan itu serentak dididik dan dilatih agar kemampan adaptasinya meningkat dan makin baik. Orang menyebutnya dengan istilah kecerdasan majemuk atau kecerdasan multi aspek.
Sebenarnya dididik atau tidak, makhluk hidup dipaksa akan beradaptasi. Karena makhluk hidup seperti manusia akan berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, dari zaman yang satu ke zaman yang lain, yang akhirnya menghadapi lingkungan baru. Jadi perubahan itu, pelan atau cepat, niscaya akan terjadi dan dihadapi oleh manusia. Kemampuan adaptasilah yang membedakan manusia yang satu dengan lainnya uggul. Yang dimaksud mampu beradaptasi ialah berhasil menyelaraskan diri dengan tuntutan keadaan dan berhasil mengatasi tantangannya. Parameternya ialah yang bersangkutan bisa survive dan berkembang dalam keadaan dan lingkungan yang berubah.
Di sini diperlukan serangkaian pengetahuan dan keterampilan bagi manusia untuk menghadapi perubahan agar dapat beradaptasi sehingga dapat survive.
Di tingkat yang lebih maju, manusia tidak saja memiliki kemampuan adaptasi, tapi malah mengubah keadaan itu sendiri. Dengan kapasitas yang diperoleh manusia, dia dapat menciptakan perubaan sekaligus merekayasanya guna kekuasaannya.
Apabila seorang manusia sudah sampai level melampaui adaptasi tersebut, tentu kompetensi, kapasitas dan kapabilitasnya sudah layaknya manusia istimewa. Itulah kualitas khalifatullah yang sering disitir dalam wacana pendidikan Islam.
~ Syahrul Efendi Dasopang, Sekjen ISQI