Nusantarakini.com, Jakarta –
Selama 5000 tahun sejarah bangsa Tiongkok, dari dinasti satu ke dinasti lain yang berkuasa selalu dengan kekuasaan absolut ditangan seorang kaisar. Dari sekian dinasti sejarah mencatat beberapa dinasti yang mengalami era keemasan pada sejarah bangsa Tiongkok. Mulai Dinasti Han 206 SM – 222 M, Dinasti Tang 618-906 M dan Dinasti Ming 1368-1644 M.
Dari sepanjang sejarah Tiongkok sempat dipimpin oleh suku minoritas dari 56 suku yang ada di Tiongkok. Dinasti Yuan 1279-1368 adalah suku minoritas Mongolia dan Dinasti Qing suku Mancuria juga merupakan dinasti terakhir dari sepanjang sejarah Tiongkok dengan kaisar terakhir Aisin Gioru Puyi (Xuan Dong) yang menjadi Kaisar pada usia 2 tahun 10 bulan (3tahun).
Pu Yi dinobatkan menjadi Kaisar oleh permaisuri Ci Xi, sedangkan ibunya Pu Yi adalah saudarinya yang menikah dengan kaisar Xian Feng. Kendati demikian kekuasaan dan pengendali kerajaan saat itu adalah permaisuri Ci Xi.
Karena adanya ketidakpuasan rakyat, maka terjadi Pemberotakan di mana-mana. Diantara semua pemimpin pemberontakan dan gerakan revolusi yang paling terkemuka adalah Sun Yat Sen (Xin zhong Shan) alias Sun Wen.
Sekembalinya Dr Sun dari Honolulu ke Tiongkok dan melihat kehidupan dari hari ke hari semakin buruk, maka Dr Sun tidak puas pada dirinya yang hanya dapat membantu masyarakat sebagai dokter. Oleh karenanya Dr Sun bergabung dengan Pemberontakan Dong meng Hui yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Partai Demokrat di Tiongkok (Guo Min Dang) untuk melakukan revolusi menggulingkan Dinasti Qing.
Dr Sun sebelumnya pernah belajar di Eropa, dan dari sana dia melanjutkan lawatannya ke Jepang untuk belajar pemikiran mereka yang kemudian akan diterapkan di Tiongkok. Dari lawatan dan pembelajaran tersebut Dr Sun mendapatkan gagasan mengenai tiga azas rakyat (demokrasi) yang disebut San Min Zhu Yi.
Dalam memimpin gerakan revolusi, Dr Sun banyak mendapat sokongan dana dari orang Tionghoa di luar Tiongkok, sehingga memperlancar perjuangan dan pengorbanannya. Perjuangannya mendapat hasil kemenangan mutlak, serta berhasil menggulingkan monarki absolut Dinasti Qing dengan mendirikan Republik China (Zhong Huo Ming Guo). Pada tanggal 1 Januari 1912 Dr Sun diambil sumpahnya sebagai Presiden Republik Tiongkok yang pertama di kota Nan jing.
Maka dengan berdirinya Republik China, dan runtuhnya Dinasti Qing menandai berakhirnya sistem pemerintahan dari dinasti ke dinasti di Tiongkok selama hampir 5000 tahun. Dinasti Qing adalah the Last Emperor, dengan Pu Yi adalah Kaisar terakhir dalam sejarah Tiongkok.
Sedangkan mantan Kaisar Pu Yi tidak dipenggal kepala seperti biasanya kalau terjadi pengantian kekuasaan, namun tetap diperbolehkan untuk mempertahankan gelar kekaisaran dan boleh tinggal di istananya (sekarang menjadi Museum Forbidden City) , tapi dikontrol ketat oleh penguasa baru.
Namun pada tahun 1924 Pu Yi diusir untuk keluar dari istana oleh militer Tiongkok, dan menjadi gelandangan ninggrat yang selama 1,5 tahun tinggal di kedutaan besar Jepang, lalu selanjutnya tinggal di taman villa tenang di daerah konsesi Jepang dikota Tian Jing.
Karena dendam dan marahnya kepada kaum Revosioner, Pu Yi berkolabarasi dengan Jepang, sehingga tahun 1931 Pu Yi kembali ke kampung halamannya di daerah Dong Bei (baca Tung Pei) untuk mendirikan negara boneka Jepang, negara Manchu, Manchu Guo.
Tentu ini mengundang marah pemerintah Republik Tiongkok, namun tidak bisa ditangkap karena Manchu Guo dalam perlindungan kekaisaran Jepang.
Akhirnya setelah Kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhkan bom atom dan membuat Jepang menyerah tanpa syarat, Pu Yi ingin melarikan diri ke Jepang, namun tertangkap oleh tentara merah Uni Soviet di dalam pesawat. Pu Yi akhirnya dijadikan saksi di pengadilan internasional atas kekejaman dan kejahatan yang dilakukan tentara Jepang.
Dan pada era Mao Ze Dong setelah berdirinya People Republik China, Zhong Hua Ren Min Kung Huo Guo pada pada tanggal 1 Oktober 1949, Pu Yi diadili sebagai penjahat perang dan dijatuhi hukuman penjara selama 10 Tahun.
Setelah bebas dari penjara Pu Yi kembali ke kota Beijing untuk menjadi tukang kebun sampai beliau wafat pada tahun 1964 dalam usia 61 tahun. Meninggal sebagai tukang kebun dan editor yang miskin dan tragis, namun abu jasadnya disemayankan di pemakaman keluarga kaisar dan berkumpul dengan leluhurnya para kaisar, serta para pangeran Dinasti Qing penguasa Tiongkok selama berabad-abad.
Jakarta 5 april 2021.
*Chandra Suwono, Pemerhati Politik dan Geostaregis.
