VAKSIN NUSANTARA yang Wajib Kita Ketahui (2)

Nusantarakini.com, Jakarta –SEBENARNYA Vaksin Nusantara ini tidak bisa dibandingkan dengan vaksin yang sudah ada. ”Teknologi”-nya berbeda. Proses vaksinasinya juga tidak sama.

Sinovac menggunakan cara lama: memasukkan virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh. Itu untuk merangsang lahirnya imunitas di tubuh terhadap virus tersebut. Berbagai pandemi –atau pun epidemi– di masa lalu diatasi dengan vaksin jenis itu. Itulah sebabnya vaksin Sinovac dianggap sangat aman.

Lain lagi dengan vaksin Pfizer, AstraZeneca, dan Johnson & Johnson. Mereka ini bermain di RNA –mengubah protein tertentu yang ada di sekitar DNA.

Sedang Vaksin Nusantara pakai cara baru sama sekali. Termasuk cara vaksinasinya. Cara ini mengingatkan saya ketika menjalanistem celldi Dr dr Purwati, ahlistem celldari Unair Surabaya. Yang sekarang juga buka klinik di Jakarta.

Saya sudah menjalanistem cellitu lebih 10 kali. Termasukstem celluntukNKcellmaupunT-cell.

Cara vaksinasi Vaksin Nusantara punya kemiripan denganstem cellitu.

Kalau Anda akan menjalanivaksinasi dengan Vaksin Nusantara, Anda akan menjalani proses pengambilan darah lebih dulu. Sebanyak tiga tabung. Atau tepatnya 40 cc.

Darah Anda itu akan dimasukkan tabung (bag) plastik. Tabung itu terdiri dari tiga ”kamar”. Atau, ada tiga ”kamar” dibagitu.

Kamar pertama untuk proses pemisahan darah putih dan darah merah Anda.

Kamar kedua untuk menampung darah merah.

Kamar ketiga untuk tempat darah putih.

Semua itu kelihatan di mata. Anda bisa melihat darah Anda di dalam bag plastik itu.

Hanya di ”kamar No. 3” itu –yang untuk darah putih itu– yang sudah terisi antigen. Kamar yang untuk darah merah tidak diberi apa-apa. Pengisian antigen di kamar No. 3 itu dilakukan di pabrik obat –saatbagplastik tersebut dibuat.

Maka ketika darah putih Anda masuk ke kamar nomor 3 itu, akan langsung tercampur dengan antigen.

Lalu dibiarkan di situ satu minggu. Selama 7 hari itu terjadi proses ”pendidikan” terhadapcelldarah putih kita. Yakni bagaimana caranya agarcellkita memiliki anti virus Covid-19.

Dalam satu minggu itu cell darah putih kita sudah memiliki imunitas terhadap Covid-19. Lalu di hari ke-7 ”cellyang sudah terdidik” itu disedot oleh alat suntik. Untuk disuntikkan kembali ke tubuh kita. Lewat lengan atas. Tidak perlu dalam. Cukup sampai ke bagian lemak. Tidak harus sampai otot seperti vaksin yang ada sekarang.

Semua peralatan tadi (alat pengambil darah, bag-plastik-tiga-kamar dan alat penyuntik) ditempatkan dalam satu kotak sebesar kotak tisu. Atau sebesar kotak sepatu.

Di kotak itu dilengkapibarcode. Agar kotak Anda tidak tertukar dengan kotak orang lain.

Anda bisa menyimpan kotak berisicellitu di tempat Anda menjalani proses vaksinasi. Misalnya di poliklinik. Atau di Puskesmas. Atau di lab seperti Prodia.

Bisa juga, kotak itu Anda bawa pulang. Untuk didoain selama 7 hari 7 malam. Atau he he diberi asap dupa –asal jangan dimasukkan ke dalamnya.

Kotak itu dimasukkan kulkas juga boleh, tapi tidak harus. Asal jangan dijemur atau direbus. Apalagi digoreng –karena hanya saham yang boleh digoreng.

Ketika darah-putih-terdidik tadi masuk kembali ke tubuh kita, maka otomatis tubuh kita sudah memiliki anti virus Covid-19. Tidak perlu menunggu 2 atau 3 minggu. Tentu pada hari-hari berikutnya jumlah anti virus kita akan naik. Itu karena cell-terdidik kita tadi juga menjadipendidikcell-cellkita yang lain.

Tentu saya harus bertemu Prof Dr dr Taruna Ikrar, salah seorang ahli dari tim Vaksin Nusantara ini. Prof Ikrar adalah dosen di California University Irvine. Yang kampusnya tidak jauh dari Los Angeles. (Sedang yang di pertengahan San Francisco –Sacramento itu California University Davis. Universitas ini memang punya beberapakampus di beberapa tempat).

Tentu saya juga ingin bertemu Prof Zubairi Djoerban, ketua Dewan Pertimbangan PB IDI. Juga Prof Dr Ahmad Rusdan Handoyo, ahli biologi molekuler dari Universitas Indonesia itu. Dua orang inilah pengkritik paling andal Vaksin Nusantara.

Sedang saya sendiri adalah orang awam di bidang ini. Sewaktu terkena Covid-19 bulan lalu, saya juga menerima transfusi konvalesen. Yakni plasma darah dari pasien Covid-19 yang sudah sembuh.

Tapi itu dari darah orang lain.

Sedang yang Vaksin Nusantara ini dari darah kita sendiri. Mirip seperti ketika sayastem cell.

Pengalaman saya berkali-kali menjalanistem celldan dua kali menerima konvalensen memudahkan saya memahami cara kerja Vaksin Nusantara ini.

Waktustem cell, darah saya juga diambil. Dua tabung. Isinya jutaancell. Dokter Purwati lantas memilih-milih di antara jutaancellitu. Mana yang terbaik. Terpilihlah beberapacellunggulan. Yang muda. Yang bentuknya terbaik. Yang lahir dari proses pembelahancellyang sempurna.

Beberapacell-muda itu lantas ”diternakkan” di laboratorium dokter Purwati. Dalam waktu 7 hari beberapacell-muda itu sudah menjadi 200 jutacellmuda. Lalu –200 jutacellmuda itu–dimasukkan kembali ke tubuh saya.

Berarti selama 5 tahun terakhir sudah lebih 2 miliarcellmuda dimasukkan ke tubuh saya. Untuk mengganticellyang sudah menua.

Stem cell.

Konvalesen.

Kini saya menyiapkan diri untuk menerima Vaksin Nusantara. Sebagai relawan uji coba Tahap II. Bersama istri.

Jadi, untuk Vaksin Nusantara, suntiknya memang satu kali. Bisa untuk seumur hidup. Begitu klaim dokter-Jenderal Terawan. Tapi ada proses pendahuluan: mengambil darah itu.

“Dengan demikian yang diimpor dari Amerika hanya antigen itu,” ujar Haryono Winarta, anggota tim Vaksin Nusantara. Itu pun tidak banyak. “Lima liter antigen bisa untuk jutaan unit vaksin,” tambahnya.

Antigen khusus itulah yang ditemukan di Amerika. Oleh ahli Amerika. Tapi mereka mengalami banyak kesulitan untuk menjadikannya vaksin siap pakai.

Untung ada dokter-Jendral Terawan Agus Putranto. Yang rupanya memiliki banyak info tentang penemuan baru apa saja di dunia ini. Lalu Terawan melihat peluang:koksalah satunya belum diwujudkan untuk kehidupan sehari-hari.

Banyak penemuan yang nasibnya seperti itu. Di berbagai bidang. Dan Terawan jeli melihat yang ada di bidangnya: kedokteran.

Itulah penemuan baru tersebut: vaksindendritic cell.

Dendritic Celladalahcellimun yang sekaligus bisa jadi ”guru” untuk mendidikcelllainnya.

Bagi sayadendritic cellini hal baru. Maklum, saya orang awam. Yang saya kenal selama ini hanyalahcelldarah merah,celldarah putih,NK cell(natural killer), danT-cell.

Sebagai orang yang sering melakukan terobosan, Terawan melihat penemuan baru itu bisa dijadikan keunggulan nasional. Lalu membawanya ke Indonesia. Jadilah Vaksin Nusantara.(Dahlan Iskan-Bersambung besok)

(Sumber : Disway.id)

Facebook Comments