Opini

Saatnya Berpaling dari Demokrasi Liberal: Teori Francis Fukuyama Terpatahkan?


1 November 2020, 13:23
Dilihat   10.6K

Nusantarakini.com, Jakarta – 

Teori Francis Fukuyama mengatakan bahwa, masa depan dunia akan terbentuk secara universal dengan prinsip pasar bebas, demokrasi Barat, liberal, dan secara mutlak akan diadopsi oleh negara berkembang untuk menjadi maju dan modern. Apabila pencapaian akhir negara berkembang menjadi modern akan sama dengan Amerika Serikat (AS), maka dunia akan semakin ter-Barat-kan.

Seiring dengan sumber United States Strategi Plan for Internasional Affairs, yang dirilis oleh Department of State, Washington DC 1999, bahwa AS berambisi untuk mengatur seluruh dunia berdasarkan kepentingannya. Sebagaimana terlampir dalam rencana strategis AS dalam hubungan internasional disebutkan, bahwa tujuan kepemimpinan AS adalah untuk menciptakan dunia yang demokratis demi keunggulan dan keuntungan Bangsa AS.

Maka dunia global di-brain wash sedemikian rupa, sehingga seolah olah satu-satunya cara (sistem) untuk menjadi negara maju, hanya melalui demokrasi Barat dengan pasar bebasnya. Sehingga banyak negara berkembang berusaha mengadopsinya, termasuk Indonesia.

Padahal di dunia ini banyak jenis demokrasi, seperti Demokrasi Parlementer, Demokrasi Presidensial, Demokrasi Islam, Demokrasi Sosial, Demokrasi langsung dan tidak langsung, Demokrasi otoriter oleh lembaga negara, demokrasi kerakyatan. Tapi semua tidak diakui oleh Barat sebagai Demokrasi dan hanya Demokrasi Liberal yang benar menurut AS.

Tapi justru founding father Republik Rakyat Tiongkok melakukan revolusi demokrasi Barat yang diterapkan Dr Sun Yat Sen, yaitu tiga pilar demokrasi yang mengadopsi demokrasi Barat menjadi demokrasi rakyat, perwakilan dari rakyat untuk rakyat.

Dan berhasil membawa rakyatnya keluar dari penindasan imperialisme asing, penindasan tuan tanah feodalisme dan kaum kapitalis birokrat yang menindas rakyatnya. Serta berhasil meletakkan dasar pondasi ekonomi yang mandiri berazaskan ekonomi sosialisme.

Maka kebangkitan Republik Rakyat China hari ini sudah mematahkan teori Francis Fukuyama dan sudah dibantah sendiri oleh Tuan Francis Fukuyama, dan dapat disimpulkan bahwa demokrasi hanya relatif saja.

Republik Rakyat Tiongkok sudah membuktikan, bahwa untuk menjadi bangsa yang modern dan untuk mencapai kemakmuran rakyat, Demokrasi Barat bukanlah satu-satunya jalan. China sudah membuktikan bahwa demokrasi kerakyatan dengan ekonomi sosialis, jauh lebih unggul dibandingkan Demokrasi Barat dengan ekonomi kapitalisnya. Dan lebih menghargai kak asasi rakyatnya berdasarkan penegakan hukum yang berkeadilan.

Maka bangsa Indonesia tidaklah perlu mengadopsi sistem Barat, karena founding father kita sudah meletakkan dasar-dasar demokrasi dan sistim ekonomi yang sesuai dengan karakter bangsa kita. Yakni demokrasi pancasila dan ekonomi gotong royong.

Dan bagaimana ini dapat dijabarkan dan diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan diyakini akan membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik. Karena demokrasi Pancasila adalah demokrasi perwakilan, sedangkan ekonomi gotong royong lebih mirip pada sistem ekonomi sosialis.

*Chandra Suwono, Pengamat Geopolitik dan Geostrategis Indonesia.

Facebook Comments

Most Popular

To Top
error: Content is protected !!