Nusantarakini.com, Bogor –
Konstelasi politik Pilkada Solo yang sempat memanas kini sudah disiram air setelah rekomendasi DPP PDIP memilih Gibran Rakabuming Raka, anak Presiden Jokowi ketimbang Achmad Purnomo yang sebelumnya direkomendasikan DPC PDIP Surakarta. Penunjukan Gibran sebagai calon walikota Solo dan Teguh Prakosa yang saat ini menjabat sebagai sekretaris DPC PDIP Solo sebagai calon wakil walikota, sudah diduga sebelumnya oleh Achmad Purnomo.
Karena sehari sebelum pengumuman, Achmad Purnomo , pengusaha yang cukup sukses di Solo dipanggil Pak Jokowi ke istana negara. Sebagai orang Jawa, pak Jokowi ingin memberikan jabatan lain, yang patut diduga menjadi salah satu komisaris BUMN. Namun pria kelahiran Kebumen itu menolak dan ingin kembali ke khitahnya sebagai pengusaha.
Dari sisi etika politik, Presiden Jokowi sebenarnya tidak pantas menggunakan istana negara sebagai simbol pemerintah untuk membicarakan urusan keluarga. Seharusnya Pak Jokowi melipir sedikit ke Harmoni jika ingin membicarakan urusan anaknya dengan Purnomo agar menjaga marwah Kepala Negara yang tidak ada kaitan dengan kepentingan keluarga. Ini sangat patut disesalkan. Mestinya pak Jokowi membaca buku Kalifah Harun Ar Rasyid yang mashyur dan bisa membedakan mana urusan negara dan mana urusan keluarga.
Perlu dicatat, Achmad Purnomo adalah tokoh senior di Solo yang pernah menjadi penantang serius Jokowi dan FX Hadi Rudiatmo saat Pilkada Solo tahun 2004 silam. Namun Achmad Purnomo yang diusung PAN, PPP, dan Demokrat kalah tipis dari Jokowi. Akhirnya Achmad Purnomo yang background awalnya pengusaha diusung menjadi wakil walikota Solo mendampingi FX Hadi Rudiatmo setelah tahun 2012 Jokowi maju sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Achmad Purnomo memang sudah digadang gadang menjadi calon wakilota Solo dari PDIP tahun 2020 ini. Dia pengusaha sukses pemilik SPBU di Panularan, dekat rumah saya, punya hotel dan bisnis lainnya banyak. Usianya sudah cukup senior 71 tahun, matang berpolitik dan pengurus beberapa kegiatan sosial di Solo seperti PMI, Rotary Club, Yayasan amal Salih, Kadin dan sebagainya.
Tentu keputusan DPP PDIP yang menunjuk Gibran tidak lepas dari pengaruh anak Presiden membuatnya kecewa,. tapi Purnomo cukup paham dengan realitas itu. Tahun 2021 nanti Achmad Purnomo sepertinya sudah ancang ancang untuk pensiun dari politik setelah selesai jabatan wakil walikota Solo dan kembali ke kegiatan sosial dan menjadi pengusaha.
Apa yang dialami Purnomo adalah korban dari sebuah sistem politik yang otoriter. Politik dinasti yang selama ini tidak diakui Jokowi, tapi justru ditelikungnya sendiri. Sebagai Presiden Jokowi bisa saja ia memilih Purnomo, tapi sebagai bapak tentu pertimbangannya “sayang anak”
Ini membuktikan politik tidak hanya kejam tapi tidak beretika. Achmad Purnomo adalah tokoh senior yang berpengaruh serta mau “dimerahkan” dan tentu banyak harta yang dia korbankan untuk partai . Meski didukung pengurus DPC dan DPRt Solo serta masyarakat Solo untuk maju, namun harus rela dipotong kompas oleh pengusaha martabak yang masih culun dan tidak tahu etika politik.
Memang ada kemungkinan partai-partai lain melirik Achmad Purnomo untuk maju menjadi rival Gibran di Pilkada Surakarta. Kabarnya PKS dan PAN Solo cukup berempati atas tragedi Purnomo. Kemungkinan Achmad Purnomo menang melawan Gibran cukup terbuka sebagai korban konspirasi “politik keluarga”. Tapi nurani Purnomo sebagai orang Jawa mungkin berkata lain, akankah dia melawan teman temannya sendiri se perjuangan . Wallohu ‘alam. [mc]
*Dudun, Orang Solo Tinggal di Bogor.