Nusantarakini.com, Jakarta –
Tahun 1959 tersiar berita bahwa Belanda mengirim kapal induk Karel Doorman ke Indonesia untuk membantu mempertahankan Irian Barat. Untuk bisa mencapai Indonesia dalam waktu singkat, kapal itu harus melewati terusan suez di Mesir. Untuk mengantisipasi hal itu Presiden Soekarno mengutus KH. Sirajuddin Abbas ke Mesir untuk membicarakan hal itu dengan Presiden Gamal Abdul Naser agar melarang Belanda melewati Terusan Suez.
Setibanya di Mesir beliau langsung menemui kawan lamanya Anwar Sadat yang menjadi pemimpin organisasi buruh. Namun Anwar Sadat tidak dapat memberikan jalan. Tetapi ia mempersilahkan KH. Sirajuddin untuk membicarakannya langsung dengan Presiden Gamal Abdul Naser. Untuk menemui sang Kepala Negara, Anwar dapat mengusahakannya.
Ternyata Presiden Gamal Abdul Naser juga tidak dapat memberikan solusi. Masalahnya, kata presiden, Terusan Suez berada dalam zona internasional. Yang bisa melarang kapal asing untuk melewati terusan tersebut hanyalah para buruh di Suez yang bermarkas di Port Said. Dengan nada pesimis KH. Sirajuddin mengutarakan hal tersebut kepada Anwar Sadat.
Ternyata Anwar justru melihat celah yang sangat baik dengan ide presidennya itu. Ia mendukung saran tersebut dan ikut menbantu merealisasikannya. Singkat cerita KH. Sirajuddin dapat bertemu dengan pemimpin organisasi buruh pelabuhan dan terusan itu dan dapat menyampaikan tugas yang beliau emban. Di hadapan buruh Terusan Suez beliau berpidato meminta dukungan agar mereka melarang lewatnya kapal induk Karel Doorman yang akan berlayar menuju Indonesia melalui terusan tersebut.
‘’Indonesia sedang berjuang mengembalikan Irian Barat dari tangan penjajah belanda”, kata KH.Sirajuddin dengan bahasa Arab yang fasih. “Appalagi Karel Doorman bisa sampai ke Indonesia dalam waktu singkat, perjuangan bangsa Indonesia menjadi berat.”
“Sebagai Negara yang bersahabat, apalagi Mesir merupakan negara yang pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, bantuan yang diharapakan kali ini akan bermakna positif bagi perjuangan bangsa Indonesia”. Demikian orasi kiai asal Bukit Tinggi itu dengan semangat tinggi menggugah hati kaum buruh di Mesir. Akhirnya kaum buruh pun bergerak dan akhirnya Karel Doorman terhalang masuk lewat Terusan Suez.
Ternyata sambutan mereka sangat positif, maka Karel Doorman pun dilarang melewati terusan tersebut. Dengan adanya sikap kaum buruh terusan suez itu, Presiden Gamal Abdul Naser tanpa berpikir panjang lagi segera memberikan dukungan.
Pelajaran Yang Dipetik
Inilah teknik politik menggunakan tangan orang lain atau proksi tanpa merugikan, mempermalukan dan merepotkan suatu pihak (Presiden Nasser), tapi tujuan (Blokir Jalur Kapal Induk Belanda) tercapai.
Biografi KH. Sirojudin Abbas
Tahukah Anda siapa ulama bernama KH. Sirajuddin Abbas ini? Dia adalah ulama yang dibesarkan oleh pesantren dan penerjemah buku teks di pesantren dalam bidang Fiqh Islam, Matan Ghayah wat Taqrib karangan ulama abad tengah, Abu Syuja’, segenerasi Imam Al-Ghazali, tahun 1000 M awal.
Mari kita simak tulisan warganet Kompasiana berikut. Tulisan seorang warganet ini dipilih karena aktualitas dan kesannya yang bagus.
Mengenal KH. Sirajudin Abbas
3 Juli 2013
Muhammad Ihsan Sulis
Suatu ketika saya membaca status teman Fb @Thoar . . . . namanya, ia menulis dalam statusnya : “ Risalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, karya K.H. Hasyim Asy’ari, dan I’tiqad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, karya K.H. Sirajuddin Abbas, merupakan kitab-kitab yang sebenarnya harus – ‘wajib’ 😉 – diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, setidaknya ke dalam bahasa Inggris. Supaya ada pemahaman yg jelas tentang Sunni, dibandingkan dengan ajaran-ajaran lain ” Membaca status ini menggatkan saya kembali, ketika saya masih duduk di bangku aliyah Ponpes Madrasah Ulumul Qur’an Langsa, ketika itu disaat – saat senggang ayah saya, Sulaiman Ismail, sering meyuruh saya untuk baca salah satu bukunya yang sudah lumayan lusuh dan usang, saya masih ingat, 4 jilid bukunya letaknya di Rak ke Dua di lemari Kamar beliau. Buku itu adalah 40 masalah agama salah satu karya KH. Sirajudin Abbas. Buku itu sedikit banyak membuka cakrawala pemikiran saya dan memberi jawaban mengenai beberapa masalah – masalah agama seperti Bolehkan melafazkan takbir dengan Bahasa selain arab, Hukum Do’a Qunut ketika solat subuh, dan masih banyak lagi. Yang jelas buku ini sedikit banyak telah membantu membuka wawasan keagamaan saya yg juga belum seberapa. Timbul pertanyaan, Siapakah KH. Sirajudin Abbas??? saya sendiri belum begitu mengenal sosok beliau, tapi dari balik cover buku sepertinya beliau intelektual sejati yang berwawasan luas, terlihat dari banyaknya lawatan yang telah beliau lakukan dalam maupun luar negeri. Di salah satu rubrik Kompasiana yang ditulis oleh Abdul Azim saya mendapatkan info banyak tentang beliau, bahwa Beliau adalah Salah satu tokoh dan ulama tenar dari pulau Sumatra tepatnya Sumatera Barat yang ibukotanya Padang. KH. Sirajudin Abbas biasa dipanggil Abuya. Abuya sendiri merupakan panggilan khas ulama-ulama Sumatra. Beliau menulis buku 4 jilid seputar masalah-masalah fikih yang berkembang di masyarakat Indonesia, dengan madhab Al-Syafii. Syeh Sirajudin Abbas lahir di kampung (desa) Bengkawas, Kabupaten Agam Bukit Tinggi, Sumatera Barat, pada bulan Mei 1905 Masihi dari keturunan Syeikh ‘Abbas bin ‘Abdi Wahab bin ‘Abdul Hakim Ladanglawas (ayah), dan Ramalat binti Jai Bengkawas (ibu), kecamatan Banuhampu Sungai Puar Kabupaten Agam, Bukit Tinggi Sumatera Barat. Beliau adalah salah satu di antara sederatan ulama Sumatra yang hebat yang mengharumkan Indonesia, seperti Syeh Muhamamd Yasin al-Fadani, Sayed Muhsin Al-Masawi Al-Falambani, (Pendiri Madrasah Daru Ulum al-Diniyah), Syeh Abdul Kadir al-Mandili (Mandailing), Syeh Abdul Rauf As Singili (Aceh). Mereka tidak hanya terkenal di Indonesia, tetapi dunia islam pada umumnya. Tapi yang akan saya tulis dan jelaskan ialah Syeh Sirajudin Abbas yang terkenal dengan karya-karya ilmiahnya. Sudah menjadi trasidi di kalangan ulama dan intelektual muslim, bahwa membaca dan mempelajari al-Qur’an itu diawali sejak usia dini. Ibnu Sina, al-Ghozali, Ibnu Hazm, Ibnu Rusdi, Ibnu Kholdun, telah mengawali karier intelektualnya dengan menghafal al-Qur’an. Ini juga di lakukan oleh Syeh Sirajuddin Abbas, sejak kecil sudah belajar membaca dan menulis huruf Al-Qur’an. Luar biasa, pertama kali yang mengajarkan ilmu baca dan tulis al-Qur’an ialah ibu sendiri. Sangat beruntung dijaman ini memiliki ibu yang bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan mau mengajari putra-putrinya. Kewajiban orang tua memang memberikan pendidikan yang cukup dan layak kepada putra-putrinya. Jika tidak mampu, harus mencarikan lembaga pendidikan yang baik dan layak, agar pertumbuhan intelektualnya terus bekermbang dengan lancar.
Syeh Sirajudin Abbas melanjutkan pelajaran agama, seperti kitab-kitab klasik berbahsa Arab kepada Ayahandanya ‘’Syeh Abbas’’ sendiri. Selanjutnya, beliau belajar di lembaga pendidikan pesantren yang di asuh oleh Syeh H. Husein Pekan Senayan Kabupaten Agam, Tuanku Imran Limbukan Payakumbuh Limapuluh Kota, Syeh Mhd. Zein dan Syeikh H. Qasim Simabur Batusangkar Tanah Datar, dan Syeh H. ‘Abd. Malik Ladanglawas Kabupaten Agam Sumatera Barat. Tahun 1927 s/d 1933 bermukim di Makkah Al-Mukarramah dan medalami ilmu agama di kota suci Makkah dan Madinah. Ulama asal Indonesia (nusantara) memiliki jaringan yang sangat kuat. Hampir semua ulama asal nusantara mengajar di Masjidil Haram dan sekaligus menjadi Imam. Santri-santri asal Sumatra banyak yang belajar kepada Syeh Muhammad Yasin al-Fadani al-Syafii, Syeh Nawawi al-Bantani, Syeh Abdul Kadir al-Madili, Syeh Arsad al-Banjari. Termasuk Syeh Sirajudin Abbas memiliki ikatan khusus dengan ulama-ulama Indonesia yang mengajar di Masjidil Haram dan halakah-halakah di Makkah. Sedangkan beberapa ulama al-Makki (Makkah) antara lain: 1-Syeh Said Yamani Al-Syafii. 2- Syeh Husen Al-Hanafi. 3- Syeh ‘Ali Al-Maliki. 4-Syeh ‘Umar Hamdan Al-Maliki. Yang mengagumkan dari Syeh Sirajudin Abbas ialah, beliau tidak hanya pandai memberikan ceramah, tetapi memiliki ketrampilan mengolah kata melalui jari jemarinya. Puluhan karya ilmiyah beliau tulis, baik menggunakan bahasa Arab, Indonesia, Inggris. Beberapa karya beliau yang berbahasa Arab antara lain: 1- Sirajul Munir, (fikih) 2jilid. 2- Bidayatul Balaghah (Bayan). 3- Khulasah Tarikh Islami (SejarahIslam) 4- Ilmul Insya’, 1 jilid. 5- Sirajul Bayan fi Fihrasati Ayatil Quran, 1 jilid. 6- Ilmun Nafs, 1 jilid.
Dalam bahasa Indonesia, huruf Latin: 1- I’itiqad Ahlus Sunnah wal Jama’ah. 2- 40 Masalah Agama, jilid I, II, III, dan IV. 3- Sejarah & Keagungan Mazhab Syafi’i. 4- Thabaqatus Syafi’iyah (Ulama’ Syafi’i dan kitab-kitabnya dari abad ke abad). 5- Kitab Fikih Ringkas. 6- Sorotan atas terjemahan Quran oleh HB. Jassin. 7- Kumpulan Soal-Jawab Keagamaan
Beliau menghembuskan napas terakhirnya di usia 75 tahun pada tanggal 5 Agustus 1980 setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit Cipto Mangunkusumo akibat serangan jantung yang ia derita. Saat pemakaman tampak perhatian warga Tarbiyah (Perti) yang begitu besar. Jasadnya dimakamkan dipemakman Tanah Kusir Jakarta Selatan, yang dihadiri Wakil Presiden Republik Indonesia Adam Malik. Ia meninggalkan seorang istri dan dua anak: Sofyan (almarhum) dan Fuadi. Selain sebagi Ketua Umum Tarbiyah Islamiah, ia juga mendirikan organisasi politik “Liga Muslim Indonesia” bersama dengan K.H. Wahid Hasyim. Yang perlu digaris bawahi ialah, kemampuan beliau di dalam berkarya sangat luar biasa di tengah-tengah kekurangan alat-alat bantu. Jadi, tidak berlebihan kiranya jika Departemen Pendidikan dan Budaya memberikan kewajiban kepada setiap calon lulusan S-S3 untuk menulis karya ilmiyah. Apalagi semua alat bantu seperti: computer, note book, internet, perpustakaan, jurnal sangat mudah didapat. Sangat aneh, jika seorang mahasiswa, apalagi dosennya tidak memiliki karya ilmiyah.
Sebuah pernyataan mulia yang bersumber dari Nabi Muhammad Saw: ’’Sebaik-baik manusia ialah orang yang bisa memberikan manfaat bagi manusia’’. Dalam hal ini, Syeh Sirajudin Abbas telah mengukir sejarah. Hidupnya benar-benar bermanfaat. Semua karya ilmiyahnya bermanfaat dan akan menjadi bekal abadi perjalanan beliau menghadap Allah Swt dan terakhir moga kita bisa meniru jejak beliau dalam berkarya.Wassalammm…. [rc]
*Syahrul Efendi Dasopang, Mantan Ketua Umum PB HMI.