Pilgub Sulteng 2020: Mulai Mengerucut Tiga Paslon. Siapa Paling Kuat?

Nusantarakini.com, Palu

Dinamika politik menuju Pilkada gubernur 2020 di Propinsi Sulawesi Tengah pelan-pelan mulai jelas arahnya. Tokoh-tokoh yang akan maju sebagai paslon gubernur dan wakil gubemur mulai mengerucut.

Dinamika politik pilgub Sulawasi Tengah 2020 ini nampaknya semakin mengarah pada tiga paslon. Tiga paslon ini adalah Rusdi Mastura-Makmun Amir, Anwar Hafid-Sigit “Pasha” Purnomo dan Hidayat Lamakarate-Nurmawati Bantilan. Untuk mengulas dinamika politik Pilgub Sulteng 2020, redaksi mewawancarai Dendy Susianto, konsultan politik dari LKPI-StarPoll, yang sudah berpengalaman membantu beberapa kandidat memenangkan pilkada di Sulteng.

Paslon Rusdi Mastura-Makmun Amir adalah paslon yang paling awal mendeklarasikan diri. Paslon ini dimotori oleh partai Nasdem. Diperkirakan beberapa partai lain akan ikut mendukung paslon ini. “Paslon ini diramu dengan mempertimbangkan faktor geopolitik di Sulteng. Rusdi mewakili wilayah Sulteng bagian barat dan Makmun mewakili bagian timur”, papar Dendy Susianto, saat ditemui di kantornya.

Rusdi Mastura adalah mantan Walikota Palu dua periode. Politisi golkar yang loncat ke Nasdem pada Pileg 2019. Walaupun gagal melaju ke senayan, sosok yang dikenal merakyat memiliki basis dukungan yang kuat di wilayah Palu, Sigi dan Donggala. Cudi, panggilan akrab Rusdi Mastura, pernah juga maju pilgub 2015 lalu namun kalah melawan Longki-Sudarto.

Sedangkan Makmun Amir adalah mantan bupati satu periode di Kabupaten Banggai. Pernah menjadi anggota DPD RI. Namun harus mundur di tengah jalan karena kalah saat melawan Herwin Yatim-Mustar Labolo di Pilbub Banggai 2015 lalu. Makmun digandeng jadi calon wakil Rusdi Mastura karena dipandang mampu menarik suara di tiga kabupaten, yaitu Banggai, Banggai Kepulauan dan Banggai Laut.

Pilgub Sulteng ini tentu akan membutuhkan dana yang besar. Sejauh baru paslon ini yang sudah melakukan sosialisasi secara luas dan pemasangan baliho yang masif. Struktur partai Nasdem akan menjadi mesin utama penggerak paslon ini. “Bila mengandalkan kocek pribadi tentu paslon ini bakal kewalahan. Pasti butuh sponsor lah”, kata Dendy yamg nampak tahu persis lika-liku politik di wilayah Sulteng ini.

Paslon cagub-cawagub kedua adalah Anwar Hafid-Sigit “Pasha” Purnomo. Walaupun saat ini belum secara resmi mendeklarasikan diri sebagai paslon, gambar paslon ini sudah mulai bermuncukan di media sosial. Bahkan beberapa hari lalu saat bersosialisasi di kabupaten Banggai, secara implisit Anwar menyebut Sigit sebagai calon wakilnya. Bila paslon ini benar-benar positif maju maka akan dimotori oleh partai Demokrat dan PAN.

Pasangan Anwar-Sigit juga dipandang ideal dan bakal mampu mendulang banyak pemilih di Sulteng. Secara geopolitis Anwar akan mendulang suara dari wilayah timur. “Kelompok orang tua dan religius juga akan menjadi basis dukungan Anwar”, papar Dendy. Sementara Sigit akan mendulang suara dari wilayah barat. Popularitas Sigit yang tinggi akan menjadi magnet penyedot dukungan ke lintas wilayah. Kalangan ibu-ibu dan melenial juga akan jadi sasaran basis dukungannya. “Kombinasi dua kekuatan ini bila efekti akan menjadi kekuatan besar untuk meraih suara yang signifikan pada Pilgub Sulteng 2020”, ungkap Dendy.

Anwar Hafid adalah mantan bupati Morowali dua periode. Pileg 2019 lalu dia melaju ke senayan dari partai Demokrat. Sebagai ketua propinsi partai Demokrat, Anwar tentu akan mengandalkan jaringan partainya. Anwar memiliki basis kuat di Morowali dan Morowali Utara. Selain itu juga punya pengaruh yang cukup kuat di wilayah Banggai. Anwar jiga memiliki kedekatan dengan kalangan religius di grassroot.

Sementara Sigit Purnomo atau yg lebih populer dengan nama Pasya Ungu ini adalah Wakil Walikota Palu saat ini. Popularitas dirinya akan menjadi kekuatannya menarik pemilih, khususnya dari kelompok ibu-ibu dan milenial. Saat berkampanye, politisi PAN ini akan selalu dikerumuni para penggemarnya. Yang akan menjadi persoalan adalah bagaimana mengarahkan dari perilaku penggemar menjadi perilaku pemilih.

Paslon cagub dan cawagub ketiga adalah Hidayat-Nurmawati. Paslon ini mungkin yang paling masih cair. Walaupun sudah mulai berseliweran foto-foto paslon ini di medsos, namun sejauh ini belum ada statemen dari kedua belah pihak. Loby yang mereka lakukan masih di bawah meja. Berdasarkan info yang redaksi terima dari pihak ring satu mereka, menyebutkan negoisasi masih alot soal menentukan siapa 01 dan siapa 02.

Menurut Dendy, “Bila paslon Hidayat-Nurmawati ini terwujud maka bisa menjadi kekuatan yang dasyat untuk mendulang suara di pilgub Sulteng 2020”. Paslon ini kemungkinan besar akan didukung oleh partai Gerindra dan Golkar. Hidayat yang merupakan “anak emas” Longki Djanggola tentu akan didukung sepenuhnya oleh partai Gerindra. Sedangkan Nurmawati tentu akan dibackup oleh partai Golkar.

Hidayat saat ini merupakan sekda propinsi Sulteng. Birokrat karir ini dipandang sukses dalam mengemban berbagai jabatan di pemerintahan daerah. Sebagai “darah biru” di masyarakat Kaili, basis utama pendukung Hidayat berasal dari pemilih di wilayah Pasigala. Namun demikian, pengalaman bailnya menjadi pejabat di beberapa wilayah Sulteng juga menjadi modal suaranya. Jaringan birokrasi yang tersebar di seluruh Sulteng juga menjadi potensi mesin politiknya. Oleh sebab itu, tidak mengherankan bila berdasarkan bocoran hasil survei, popularitas nama Hidayat sangat tinggi.

Sedangkan Nurmawati Bantilan adalah politisi matang dari partai Golkar. Bisa jadi Nurmawati akan menjadi satu-satunya calon perempuan akan berkompetisi pada pilgub Sulteng 2020. Saat ini adalah anggota DPR RI untuk periode ketiganya. Konsistensi di kursi DPR RI menunjukan bila ia memiliki basis massa yang loyal. Basis pendukung utama Nurmawati berasal dari kabupaten Toli-Toli dan Buol. Namun begitu Ia bisa mendulang suara besar juga di wilayah Banggai Raya. Pasalnya Nurmawati akan bisa mendulang semtimen dari keluarga Bantilan dan Datu Adam yang merupakan klan besar yang berada di wilayah Banggai Raya.

Bila tiga paslon Pilgub Sulteng 2020 ini menjadi kenyatqan, paslon mana yang paling berpotensi mendapat paling banyak dukungan? “Semua paslon sudah cukup ideal dari sisi keterwakilan geopolitik. Kuncinya, siapa paslon yang bisa menggerakan secara efektif mesin partai dan relawan, serta isu program yang dikembangkan”, pungkas Dendi Susianto.