Analisa

Tsunami Palu: Momentum Untuk Meninggalkan Kefasikan dan Kembali Bersimpuh di Hadapan Allah

Nusantarakini.com, Jakarta –

Di tengah gilanya sebagian manusia Indonesia yang siang malam membicarakan urusan duniawi, yaitu copras capres, tiba-tiba Tuhan merenggut kenyamanan dan ketenangan mereka. Tuhan mengirimkan teror alam kepada mereka. Maka orang Indonesia pun tak berkutik dibuatnya. Badan Anti Teror tak berkutik mengantisipasi teror jenis ini. Demikian juga pidato-pidato para pembesar negeri, tak bisa terucap dengan lantang. Karena semua terkunci dan terlinting oleh kuasa Sang Pencipta. Harusnya, di situ semua para pengkoar politik tobat dan merenungi invalidnya kekuatan yang selama ini mereka busungkan.

Tapi begitupun nyatanya isyarat, tetap saja yang bebal tetap bebal. Diskusi busuk dan licik bagaimana memenangkan copras capresnya masing-masing kubu, tetap tak istirahat mengheningkan cipta di Group-group WA. Mau apalagi. Sama ada mereka diingatkan atau tidak dengan cara apapun, mereka tak sanggup menghentikan kegelapan hatinya.

Baiklah, pertama, kita menyampaikan duka yang mendalam kepada warga Palu dan sekitarnya yang telah direnggut dan dihentikan oleh kekuatan Yang Maha Kuasa.

Apa berdialog dalam pikiran kita ialah bahwa belum kering peluh para relawan gempa di Lombok, kini hal yang dahsyat terjadi lagi di permukaan bumi yang lain, Palu Sulawesi Tengah.

Apakah manusia dapat protes dan marah membabi buta manakala bahasa bumi bicara? Tidak. Seperkasa apa pun yang dirasa manusia atas dirinya, manakala bumi bicara, tak ada yang bisa marah-marah. Hanya lesu dan sedih yang ditanggung sendiri.

Izinkan saya berpikir lain. Gempa dan gunung meletus adalah bahasa Pencipta yang dijelmakan oleh bumi laksana ekspresi kemuakan sehingga bumi pun muntah. Saya tidak bilang Tuhan muak dengan manusia.

Sedangkan tsunami adalah bahasa Pencipta untuk mengekspresikan rasa jijik dan jengkel dengan memerintahkan air laut layaknya buang ludahnya. Saya tidak bilang manusia mana yang dijijiki oleh Tuhan. Ini sekedar penafsiran atas bahasa Tuhan melalui ekspresi alam dan makhluk-Nya.

Adakah yang mengira bahwa bumi dan laut benda mati? Dan yang eksis sebagai makhluk hidup hanya manusia dan binatang serta tumbuhan? Jika ada yang mengira begitu, tentu keliru.

Bumi dan air laut adalah makhluk hidup. Seperti manusia yang disusun oleh milyaran sel, dimana sel itu merupakan makhluk hidup yang otonom dan saling menunjang demi suatu makhluk bernama manusia, bukankah laut, gunung dan tanah juga disusun oleh molekul dan unsur kimiawi yang tentu juga makhluk yang aktif merangkai dan membentuk diri? Hanya hayalan palsu manusia saja bahwa laut dan bumi hanyalah benda mati yang dihidangkan untuk mereka. Mereka bukan untuk hidangannya yang kau nikmati sesuka-sukamu seolah dikau pemiliknya.

Manakala pemiliknya bicara, mana ada yang berani lawan. Lawanlah jika kau perkasa. Nyatanya tak ada manusia satu pun mencak-mencak marah dan menantang Tuhan manakala dia bicara melalui bahasa alam. Bahkan pemimpin Amerika sekalipun yang dianggap bangsa yang paling perkasa di muka bumi itu?

Ambillah pelajaran wahai orang yang berakal.

Lalu bukan hanya itu. Gempa – Tsunami Palu ini sarat pesan dari Yang Maha Kuasa. Kita manusia tidaklah perkasa. Kita manusia, akan menderita sia-sia manakala amal tak seberapa.

Kita manusia terlalu pongah. Merasa dapat mengantisipasi. Padahal gempa di Palu ini, tak bisa diprediksi seminggu sebelumnya.

Pemerintah yang biasa sok berkuasa, jadi macan ompong di hadapan Yang Maha Kuasa. Mengirim warning seminggu sebelum gempa pun, tak berkuasa. Akibatnya, ditanggunglah rugi triliunan rupiah. Membangun mulai dari awal lagi. Sementara kesedihan akibat lenyapnya nyawa dan harta belum reda.

Mereka yang semakin bersimpuh di hadapan Yang Maha Kuasa, akan semakin sadar menjaga amanat-Nya. Adapun yang jauh dari Tuhan, akan semakin gila dengan kefasikan. Manakala bencana datang mengambil nyawa mereka, mereka tidak siap lahir batin dan akan tertekan dan hidup dalam penderitaan yang dalam. Sebaliknya bagi orang yang beriman, manakala bencana datang menjemput mereka, mereka semakin yakin akan kekuasaan-Nya atas alam dan seisinya. Dan mereka akan makin dekat dan rapat dengan Yang Maha Kuasa.

 

 

SED

Terpopuler

To Top