BI Gagal Menjaga Stabilitas Rupiah

Nusantarakini.com, Jakarta – 

Keseriusan Bank Indonesia dalam mengantisipasi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sudah sering dipertanyakan.

Bukan hanya pada momentum melemahnya rupiah terhadap dolar AS pada tahun ini, BI banjir kritik.

Pada periode September 2015 lalu, Rupiah juga melemah hingga menembus Rp 14.700 per dolar AS. Kondisi itu dinilai menunjukkan kinerja Bank Indonesia (BI) yang belum optimal, terutama kaitannya dengan kebijakan suku bunga acuan (BI Rate).

Anjloknya nilai mata uang rupiah terhadap dolar berdampak kepada dunia usaha. Melemahnya Rupiah praktis mengakibatkan nilai bahan baku impor menjadi makin mahal. Kemudian akan membuat biaya produksi juga meningkat. Alhasil produsen juga akan menaikkan harga.

Kenaikan harga tersebut, tentu berpengaruh pada kinerja penjualan. Terutama penjualan ekspor. Perubahan harga akan mempengaruhi tingkat penjualan.

Apabila melakukan penyesuaian dengan cara menaikkan harga, itupun tidak banyak membantu pada kinerja keuangan perusahaan. Pilihan mempertahankan atau menaikkan harga, keduanya tidak membantu kinerja penjualan perusahaan.

Kedua pilihan itu, ditengah perkasanya dolar AS terhadap Rupiah, justeru berpotensi menggerus penjualan dan laba perusahaan. Bahkan bisa berpotensi menjadi kerugian.

Selain itu, potensi kerugian itu juga akan melahirkan potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) di kalangan industri yang menggunakan bahan baku impor. Tindakan untuk melakukan rasionalisasi terhadap jumlah karyawan yang dimiliki, karena mereka harus mengurangi biaya dan produksinya. Pilihan ini merupakan tindakan yang paling rasional bagi pengusaha untuk bertahan ditengah mahalnya bahan baku produksi.

Bagi pejabat Gubernur BI yang menggantikan Agus Marto Wardojo, kondisi itu harus jadi pelajaran penting. Perlu upaya lebih serius untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Upaya itu tidak sekedar menggunakan instrumen suku bunga. Jauh lebih penting menjadikan kebijakan moneter sebagai instrumen yang mampu memperkuat fundamental perekonomian nasional. Termasuk didalamnya unsur memajukan dunia usaha nasional. [mc]

*Kusfiardi, Analis Ekonomi Politik.