Satire

Dusta Kalian Bicara Pribumi! Inilah Pribumi Yang Kamu Omongin Itu!

Nusantarakini.com, Jakarta –

Pribumi pecah jadi percakapan. Hanya percakapan. Tanpa tindakan. Hanya omong kosong dan pemanis bibir. Bukan solusi.

Kalian mau tahu dimana itu pribumi berkeliaran? Tuh…di armada Ojek. Di Gojek, di Uber, di Grab, dan di pangkalan Ojek. Di situ pribumi yang kamu omongin di diskusi-diskusi dingin kalian, di group-group WA dan lini masa facebook kalian, bergumul tiap hari.

Kalian bicara pribumi, tapi sikap kalian jauh dari sikap seorang pribumi. Kalian berbusa-busa telaah pribumi dan arti kolonialnya, tapi otak dan hati kalian tak lebih dari pada pengisap dan pemeras keringat dan darah pribumi.

Bahkan kalian begitu bersemangat membela pribumi, tapi lupa kulit dan raut wajah kalian sudah kebule-bulean, kecina-cinaan atau kearab-araban. Maka bagaimana mungkin para pribumi yang terkapar jadi tukang pikul di pelabuhan dan tukang ojek itu dapat sepenuhnya percaya lahir batin kepada omong kosong kalian.

Sudahlah. Jika memang mau berani membela pribumi, silakan selamatkan habitat mereka yang makin hari makin susut dan hancur dilalap oleh invasi perumahan dan infrastruktur-infrastruktur yang tidak penting bagi kelangsungan hidup pribumi itu, kecuali untuk memanjakan kaum penikmat kekuasaan.

Lihat sekarang. Pribumi itu hidupnya diuber-uber, karena banyak yang jadi driver Uber. Hidup mereka dikojek-kojek, karena menjadi driver Gojek. Hidup mereka digrab kaya kepiting, karena memang jadi driver Grab.

Kalian tahu betapa pahitnya mencari makan dari driver Uber, Grab, Gojek? Ah kalian cuma penikmat saja. Mana tahu kalian. Mereka dikejar oleh sistem yang dibuat sedemikian rupa oleh kaum para penikmat tenaga kaum pribumi.

Mereka menciptkan bisnis dari tenaga dan kendaraan kaum pribumi yang tersedia gratis. Kaum pribumi lintang-pukang mengejar penumpang, para penikmat menikmati tenaga dan hasil usaha kendaraan pribumi itu, duduk santai sambil melego saham untuk menambah nilai perusahaan mereka.

Oh, pribumi. Bagaimana mungkin hingga 72 tahun Indonesia berdiri, masih saja jadi objek perasan dan hisapan orang-orang yang tuhannya hanya uang dan kenikmatan.

Masih bicara pribumi? Lihat, betapa sampai larut malam abang-abang ojek pribumi itu masih berkerumun berharap-harap ada penumpang yang memesan tenaga dan kendaraan mereka untuk diantar ke tempat tujuan.

 

–  John Mortir

Terpopuler

To Top