Nusantarakini.com, Jakarta –
Perkembangan paling mutahir adalah investasi miliaran US$ di Indonesia sehingga melahirkan tiga Unicorn, yaitu:
1. Tokopedia
2. Gojek
3. Traveloka.
Selain itu, terjadi pengelompokan bisnis:
1). Tokopedia dan Lazada (yang diinvest oleh Alibaba)
2). Shopee, JD, Traveloka (yang diinvest oleh Tencent)
3). Blibli dan Tiket.com (yang diinvest oleh GDP Capital milik Djarum Group)
Saham Alibaba di Tokopedia memang tergolong minoritas, namun di Lazada sudah mencapai 80%. Ini kemudian akan diintegrasikan dengan payment gateway (Alipay dan Doku) serta didukung kekuatan logistik China Smart yang mendominasi logistik Asia Tenggara melalui Singpost.
Strategi jangka panjang “Jack Ma Strategy” adalah menguasai infrastruktur di SEA utamanya Indonesia melalui kendaraan e-commerce.
Alibaba sudah membangun infrastruktur FBL (Fulfilled by Lazada – 60.000 SQM gudang di Cimanggis dan terus membangun di kota-kota lain dan memiliki infrastruktur delivery sendiri dengan LEX – Lazada Express.
Pesaing kuat Alibaba adalah Tencent (induk semang dari JD.co). Tencent masuk ke Indonesia melalui JD.id , Gojek dan Traveloka. Tencent pun ingin menguasai infrastuktur payment Go-PAY yang dipakai Go-JEK, yang saat ini sudah menjadi e-wallet terbesar di Indonesia, mengalahkan e-wallet yang dibuat bank dan telko. JD.id sudah mulai membangun gudang distribution center di Jakarta maupun di kota-kota besar di Indonesia beserta Hub pengirimannya sendiri. Tencent makin kuat dengan investasi di Shopee.co.id.
Kedua pemain raksasa ini sudah mengubah peta e-commerce Indonesia. Setahun terakhir ini GMV- nya di pasar Indonesia meningkat pesat dengan membawa produk-produk murah China.
Petinggi Shopee menyatakan dalam kurun waktu dua tahun ke depan, pasar Indonesia hanya akan menjadi medan pertempuran dua raksasa e-commerce dari China: yaitu Lazada (plus Tokopedia) dan Shopee.
Bagaimana dengan Blibli?
Akan bertahan tapi menjadi pemain ketiga yang paling banyak menguasai 20% pasar, yang 80% menjadi rebutan kedua grup di atas. Peta akan berubah jika Amazon masuk ke Indonesia.
Bagaimana nasib pemain Lokal?
Hingga saat ini pemain e-commerce lokal belum bisa mengimbangi pertempuran dengan para pemain raksasa China tersebut.
Pemain lokal kalah dalam pengalaman, finansial, teknologi, bigdata, dan jaringan. Ada dua kemungkinan bagi pemain lokal yang tidak sekuat Blibli.com: 1). Diakuisisi atau 2). Ditutup karena kehabisan pendanaan di tengah jalan.
Persaingan di e-commerce ini juga berdampak pada bidang-bidang pendukung lanskapnya. Pemain di bidang logistik dan payment akan dikuasai mereka juga.
Yang mengkhawatirkan, supplier produk lokal akan tergantikan oleh produk-produk asing jika tak mampu mengambil peluang emas berkembangnya e-commerce ini.
Rumor yang beredar saat ini
Petinggi Lazada berusaha melobi pemerintah untuk dapat melonggarkan aturan impor finish goods untuk dijual via e-commerce Indonesia.
Apa yang harus dilakukan?
Venture Capital Indonesia dan pelaku e-commerce lokal (paytren, belanjaqu.com dll) segera melakukan konsolidasi untuk mengimbangi kedua raksasa di atas, untuk melindungi pasar Indonesia dan mendorong produsen lokal bisa bersaing di pasar e-commerce, serta membawa produk-produk lokal masuk ke pasar global. [mc]
*Dewa Eka Prayoga, “Dewa Selling” Indonesia.