Siapa yang Tersingkir dari Kebijakan Full Day School Muhadjir Effendi

Nusantarakini.com – Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy  periode (Juli 2016 –  …)  tentang sistem “full day school” untuk pendidikan dasar (SD dan SMP), baik negeri maupun swasta kini semakin  banyak menuai protes dari masyarakat. PBNU, MUI, PPP, GP Ansor, LP Al Maarif menyatakan ketidaksetujuannya atas kebijakan tersebut.  Yang tersingkir dari  kebijakan full day school adalah madrasah diniyyah dan pesantren. “Hal mendasar yang terjadi saat full day school diterapkan adalah matinya madrasah-madrasah diniyyah, belajar agama sore hari, interaksi santri-kiai di sore hari,” kata Ketua PBNU Muhammad Sulton Faton.

Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) tak setuju dengan rencana Mendikbud Muhadjir Effendy mengenai sekolah yang hanya digelar Senin hingga Jumat. Menurut PBNU, jam sekolah yang pagi hingga sore tidak sesuai dengan kultur budaya muslim Indonesia.

“MUI meminta kepada Kemendikbud untuk mengkaji kembali kebijakan sekolah lima hari,” kata Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Sa’ad.  Beliau khawatir pendidikan keagamaan tersebut akan gulung tikar padahal telah berkontribusi besar bagi penguatan nilai-nilai agama hingga pembentukan karakter siswa.

PPP juga menyatakan keberatannya. “Kebijakan memaksakan perubahan jam belajar siswa sekolah akan memunculkan kegaduhan baru. Kami meminta Mendiknas untuk mengurungkan kebijakan itu,” ujar Wakil Ketua Umum PPP, Arwani Thomafi dalam rilisnya kepada wartawan, 11 Juli 2017. “Madrasah diniyyah misalnya, sudah terbukti selama ini menjadi pusat pembentukan karakter anak. Tidak hanya pengajaran nilai-nilai agama semata tetapi juga pengamalannya. Bahkan lembaga pendidikan ini menjadi benteng pertahanan Pancasila dan NKRI,” jelasnya.

Menurut Muhadjir Effendi, tujuan full day school adalah agar secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orangtua mereka masih belum pulang dari kerja.

Apakah masalah yang hendak dipecahkan dengan full day school? Kalau dari alasan Pak Mentri, program itu memecahkan masalah lemahnya rentang kendali orang tua yang kerja full day.  Berapa banyak orang tua yang mengalami masalah tersebut.  Pak Mentri belum pernah mengutarakan pemetaan permasalahan pendidikan.

Biasanya, orang tua – bapak dan ibu -yang dua duanya kerja full day itu di kota. Kalau di desa, hanya orang tua laki-laki yang kerja full day.  Tidak disampaikan oleh Pak Mentri, pemetaan permasalahan pendidikan.