Mr. Kan: Berita Ahok Gubernur Terbaik Se-Asia Bohong, Beda dengan Penyebaran Kebencian

Nusantarakini.com, Jakarta-

Saya sering membaca kiriman berita dari beberapa teman bahwa Ahok gubernur terbaik se-Asia. Sejujurnya saya sangat bingung dengan informasi tersebut. Karena berdasarkan pengamatan saya, DKI Jakarta selama lima tahun dipimpin Ahok itu gagal total dan tetap berantakan di mana-mana.

Kita bisa  membaca tulisan yang dilansir Nusantarakini.com yang berjudul “Benarkah Petahana Ahok Gagal Pimpin Jakarta?” dan Konfrontasi.com dengan judul “Ahok Gagal Pimpim Jakarta”, secara terang benderang terpapar buktinya, jelas sekali di sana.

Kalau mau dikatakan ada beberapa aliran sungai yang dulu airnya kotor dan banyak sampah, sekarang menjadi bersih selama kepemimpinan Ahok. Atau dikatakan sudah membangun puluhan RPTRA tempat bermain anak-anak dan fungsi lainnya. Tapi kenyataan yang sesungguhnya adalah masih sangat banyak lainnya di Wilayah DKI Jakarta itu sangat berantakan.

Menurut pengamatan saya dengan jumlah APBD DKI Jakarta sebesar sekitar 350 triliun rupiah, selama lima tahun hasil kerja Gubernur Ahok itu tidak sesuai sama sekali atau tidak sebanding sama sekali dengan hasilnya.

Jadi kesimpulan saya Gubernur Ahok gagal total. Saya tidak tahu sumber dasarnya dari mana sehingga bisa memberitakan Gubernur Ahok terbaik se-Asia. Menurut saya, itu sangat tidak jelas dasarnya.

Kalau memang begitu caranya, teman-teman juga bisa membantu saya dengan menuliskan berita bahwa “Mr. Kan Manusia Terbaik di Dunia.”

Tapi apakah benar penulisan berita seperti itu? Kadang saya sangat kecewa dan prihatin saat membaca berita yang tampak sekali seakan ada sesuatu atau unsur yang tidak pantas dan tidak jelas asal usul isi berita tersebut. Saya menduga kuat seperti itu.

Ada juga kadang teman-teman mengabarkan bahwa banyak berita penyebaran kebencian. Itu ada yang benar dan ada yang tidak benar, sehingga kita bisa mendiskusikannya kembali.

Misalnya kalau ada berita tentang kekurangan atau kegagalan Gubernur Ahok. Sering sekali ada yang menginformasikan kepada saya adanya pembalasan atau counter berita itu yang menuding kita telah menyebarkan kebencian, intoleransi, dikriminalisasi, berpihak radikal, dipolitisir, kampanye hitam, isu sara serta hoax, takut kalah, hanya koruptor yang mau Ahok masuk penjara, dan lain sebagainya.

Khusus hal ini, menurut pengamatan saya, justru selama di bawah kepemimpinan Gubernur Ahok faktanya banyak terjadi korupsi dan dugaan korupsi di DKI Jakarta. Dan pemberantasannya juga masih sangat jauh untuk menuntaskannya.

Bahkan ada beberapa kasus korupsi dan dugaan korupsi yang mana proses pemberantasannya dan hasilnya tidak masuk akal sama sekali, karena tidak dapat diterima oleh akal sehat kita yang waras.

Sehingga menurut saya, respon balasan dari semua berita ini banyak yang tidak benar, karena tidak sesuai dengan fakta dan kenyataannya. Justru menurut saya kemungkinan besar ada oknum dan pihak-pihak yang tidak bertangung jawab yang ingin berusaha memutar balikkan fakta dan kenyataan. Ini yang saya sebut kabar berita pembodohan, dan kita jangan mau menjadi korbannya.

Kita harus mengamati dan memahami perbedaan antara penyebaran berita kebencian dan berita positif. Jelas keduanya sangat berbeda. Kalau penyebaran kebencian itu adalah isi utamanya bisa melanggar, maupun dugaan pelanggaran Undang-Undang ITE (informasi transformasi elektronik). Umumnya isi beritanya hoax, sehingga mengandung unsur penyebaran kebencian.

Akan tetapi jika penyebaran berita positif itu adalah penyebaran kabar berita apa adanya atau memberitakan secara jujur dan adil (jurdil), yaitu dengan memberitakan sesuai fakta dan kenyataan.

Contohnya di televisi ada berita tentang dugaan korupsi, korupsi, daftar nama di Panama Papers, maling, pembohongan, penipuan, penggelapan, pembunuhan dan lain sebagainya. Ini tentunya bukan memberitakan tentang kebencian, akan tetapi televisi tersebut telah memberitakan apa adanya sesuai fakta dan kenyataan.

Hal ini tentu berbeda dengan kampanye hitam dan kampanye negatif. Karena kampanye hitam dilarang sedangkan kampanye negatif itu diperbolehkan (buka internet baca semua jelas ada di sana).

Kira-kira seperti itu lah perbedaan penyebaran berita kebencian dan berita positif yang sesuai fakta dan kenyataan itu harus bisa kita bedakan, jangan disamakan.

Dan juga perlu diingat, siapa pun dia jika sampai dengan sengaja membuat berita pembohongan untuk pembodohan, maka dia pasti berdosa dan bertanggung jawab setelah di akhirat nanti, sering kita sebut hidup ini ada karma dosa atau tabur tuai.

Menurut hemat saya, solusi khusus terkait hal ini, sebaiknya kalau kita membaca berita harus betul-betul sedikit lebih cerdas untuk mengamatinya, dan bisa memahami ketiga hal ini yakni: anality, factuality, dan solutif.

Juga harus coba memahami sedikit banyak tentang hukum dan Undang-Undang yang berkaitan dengan setiap permasalahan yang kita baca atau yang kita bahas.  Karena jika tidak, saya sangat khawatir ada oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab secara terus menerus akan memberitakan berita hoax.

Jika sampai terjadi dengan sengaja mengabarkan berita hoax itu artinya sengaja melakukan pembodohan. Jadi kita jangan sampai mau menjadi korban memakan isu-isu berita hoax. [mcm]

*Kan Hiung alias Mr. Kan, pengamat sosial dan hukum etnis Tionghoa, tinggal di Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *