Suka Duka Santri Ciamis Jalan Kaki 212 – Seri 6

Nusantarakini.com, Jakarta –

Adzan subuh berkumandang. Suara indah nan merdu memecah sunyinya malam, memanggil setiap insan untuk bergegas menunaikan panggilan tuhan. Wajah-wajah layu dengan kaki dan tangan yang ringkih berbalut lesu, satu demi satu bangkit singkirkan hawa nafsu menuju toilet mengambil air wudlu.

Penuh sesak antrian di kamar mandi menjadi pemandangan khas pagi itu. Selang beberapa menit persediaan air habis. Jangankan untuk mandi, untuk sekedar gosok gigi saja tak setetes air pun mengalir dari kran-kran toilet masjid yang berjejer. Saya mencoba ke aula. Ada toilet yang airnya aman tapi ternyata kondisinya sama. Insting berjalan gimana caranya bisa wudlu?

Terlihat di emperan aula ratusan dus air mineral menumpuk. Saya ambil satu dus aqua botol. Saya bawa ke tempat yang agak gelap di pojok kanan masjid. Saya mulai beraksi menggosok gigi, lalu wudhu dan yang lainnya kira-kira habis 5 botol. Semuanya beres.

Saya bergegas masuk masjid. Imam saat itu Kyai Maksum dan sedang membaca fatihah. Saya kebagian di shaf paling belakang. Lanjut ke raka’at kedua. Qunut nazilah panjang dibacanya, seraya memohon pertolongan Allah akan nasib kaum muslimin yang teraniaya di Palestina, Suriah dan Myanmar dan seluruh mujahidin di seluruh dunia, amiin amiin. Qunut dibacakan dengan suara lirih nan perih menjiwai isi doa. Tak terasa air mata hangat meleleh di pipi. Yaa Rabb kabulkan semua harapan kami. Tunjukkan kebesaranmu, tolonglah saudara kami, teguhkan iman kami, berikan kekuatan pada kami agar kami bisa menolong hamba yang lemah dan terdzalimi. Selepas salam, kami bersalaman satu sama lain sebagai pengikat jiwa perekat ukhuwah.

Beres shalat dilanjutkan pengarahan. Semua peserta long march harap persiapan untuk mengemas seluruh barang bawaan dan berkumpul di aula utama Perum Perhutani. Begitu masuk ruangan, ribuan nasi bungkus untuk sarapan pagi telah tersedia. Subhanallah rezeki begitu mudah Allah datangkan lewat tangan-tangan manusia beriman. Tak terbayang jam berapa mereka bangun. Berapa puluh orang yang terlibat dalam penyediaan nasi bungkus untuk ribuan orang. Subhanallah walhamdulillah.

Korlap diberi arahan agar memberikan himbauan kepada semua peserta untuk melakukan aksi kebersihan sampah di arena aula dan sekitar masjid. Sehingga kami tidak meningalkan jejak sampah sedikitpun. Ketika kami sibuk menggelar kegiatan kebersihan, seseorang datang menemui.

“Assalamuaalaikum ustadz?”. Saya jawab “Wa’alaikum salam”. Ia melanjutkan “Kenalkan saya dari MQFM, ustadz ini Aa Gym mau bicara”. Saya balik menjawab “Ohh iya jazakumullah. Baik mangga”. Handphone aktifis Daarut Tauhid itu diberikan pada saya. Di ujung handphone Aa Gym bicara. “Assalamualaikum Kang? Saya jawab “Wa’alaikum salam Aa”. Aa Gym melanjutkan “Bagaimana kabarnya?”. Saya jawab, “Alhamdulillah baik Aa”. Beliau melanjutkan dialog dengan saya dalam kajian subuh yang disiarkan live di MQFm selama 5 menit. Dialog berakhir dengan ending yang sangat mengesankan.

Saya dan korlap bergegas menuju ruang aula di mana santri sudah siap siaga kembali. Zieguz Maliex memulai dengan arahan pentingnya menjaga semangat kebersamaan. Dilanjut oleh Deden Badrul Kamal memotivasi peserta untuk terus menggelorakan semangat Aksi Bela Islam. Giliran saya memberi penjelasan lanjutan aksi jalan kaki.

Pekikan istaidduuu!!! serempak dijawab, “Labbbaik.” Saya ulang sampai beberapa kali sehingga api semangatnya naik sampai seratus derajat. Takbiirrr, Allahu Akbar Allahu Akbar. Gemuruh penuh seisi ruangan. Hampir saja langit-langit aula runtuh saking kerasnya gelora takbir para peserta.

Pertanyaan lanjutan sebagai bahan evaluasi selalu dilontarkan kepada seluruh peserta.
“Apakah kita siap satu komando?” dijawab “Siaap!”.
“Apakah masih kuat kaki-kaki kalian?” Dijawab serempak “Kuaaat!”.
“Apakah masih semangat untuk terus berjalan?” dijawab “Semangaat!”.
“Apakah kalian masih lurus niat?” dijawab tegas “Luruuuussss!”.
Takbiirr Allahu Akbar. Lagi-lagi dan lagi-lagi kata-kata itu menjadi penyemangat setiap langkah perjuangan.

Mimbar diserahkan ke Haji Epung pengatur dan arsitek lapangan. Di situlah kita memulai menyortir peserta yang kondisinya sudah sangat kelelahan dan kakinya sudah pada lecet. Mereka diputuskan naik bus menuju Jakarta karena dari semalan 12 armada bus sudah stand by di sekitar Perum Perhutani.

Kafilah yang naik bus dipimpin Haji Agus dan Mama Golangsing sebutan lain dari Deden Badrul Kamal. Sementara peserta lainnya melanjutkan jalan kaki dibawah komando saya, Kyai Titing, Kyai Syarif dan Kyai Ma’sum. Beres acara, Pengarahan ditutup doa oleh Kyai Titing.

Peserta jalan kaki yang tersisa sekitar 2.500 orang berjalan keluar ruangan berbaris tiga tiga memanjang. Mobil komando sudah siap di depan dan nasyid aksi bela islam nyaring terdengar.

Perjalanan dimulai kembali. Saya masih bertahan ditempat karena wartawan CNN Indonesia meminta wawancara selama Lima menit. Saya layani dengan baik, disertai mimik muka semangat dan closing statement “Bahwa jalan kaki dilanjutkan agar semangat ruhani umat untuk bergerak dan bangkit bersama terus berkobar di seluruh pelosok nusantara”. Pekikan takbir menjadi kata terakhir wawancara.

Saya kembali ke ruangan untuk memastikan peserta yang naik bus berangkat semua. Tim logistik Deza Azra Aurora sibuk mengemas logistik yang melimpah ruah se-isi ruangan. Sesudah beres pendelegasian tugas, Saya menyusul rombongan pejalan kaki untuk melanjutkan long march kembali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *