Nasional

Pasubayan Desa Adat Minta DPRD Bali Surati Jokowi untuk Batalkan Reklamasi Teluk Benoa

Nusantarakini.com, Jakarta-

Pasubayan Desa Adat/Pakraman Tolak Reklamasi Teluk Benoa menyambangi Gedung DPRD Bali pada hari Senin 3 oktober 2016. Kedatangan Pasubayan Desa Adat /Pakraman Tolak Reklamasi Teluk Benoa di Gedung DPRD Bali diterima secara langsung oleh ketua DPRD Bali I Nyoman Adi Wiryatama beserta 38 anggota DPRD Bali lainnya.

Kedatangan mereka ke DPRD Bali untuk mempertanyakan tindak lanjut dari DPRD Bali terkait pernyataan sikap yang disampaikan Pasubayan Desa Adat pada aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa tanggal 25 agustus 2016 lalu. Selain membacakan ulang pernyataan sikap tersebut, Pasubayan juga mempertegas point-point tuntutannya kepada DPRD Bali. Diantaranya adalah Pasubayan meminta DPRD Bali agar bersurat dan meminta kepada Presiden untuk membatalkan rencana reklamasi Teluk Benoa, meminta DPRD Bali untuk merekomendasikan kepada Presiden Republik Indonesia agar membatalkan Perpres Nomor 51 tahun 2014 dan mengembalikan kawasan Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi serta meminta DPRD Bali Merekomendasikan kepada Gubernur Bali agar Gubernur Bali untuk membuat surat permohonan kepada Presiden Republik Indonesia agar membatalkan Perpres Nomor 51 tahun 2014 dan mengembalikan kawasan Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi.

“Kami adalah wakil dari 39 desa adat di Bali yang sudah menolak rencana reklamasi Teluk Benoa. Kami mempunyai tanggung jawab di tengah-tenngah tidak adanya pendampingan baik legislatif dan eksekutif.Yang kami inginkan hanyalah biarkan teluk benoa sebagai kawasan konservasi, jangan ada reklamasi, sebab hal tersebut sama dengan menodai tri hita karana, sebab disana ada keyakinan kami. Jadi kami yakin bapak DPRD telah mempelajari apa yang menjadi tuntutan kami, sebab itu adalah komitmen kami. Bagaimana komitmen DPRD Bali terhadap tuntutan kita pada 25 Agustus yang lalu ?“ tanya Koordinator Pasubayan Desa Adat/Pakraman Tolak Reklamasi Teluk Benoa , I Wayan Swarsa (3/10).

Menanggapi tuntutan aksi Pasubayan pada 25 agustus 2016, menurut ketua DPRD Bali mereka telah menggelar rapat pimpinan untuk pernyataan sikap dari Pasubayan Desa Adat Tolak Reklamasi Teluk Benoa. Namun, alih-alih mendapat kepastian, DPRD Bali justru tidak mengambil langkah apapun. Menurut Adi Wiryatama, terkait dengan tuntutan dari Pasubayan agar DPRD Bali meminta pembatalan rencana reklamasi Teluk Benoa dan Perpres 51 tahun 2014 kepada Presiden pihaknya hanya akan meneruskan aspirasi pasubayan ke Presiden RI Joko Widodo. Selanjutnya apapun keputusan presiden pihaknya akan menerima.

“Karena kewenangan untuk menghentikan rencana reklamasi Teluk Benoa ada di tangan Presiden, kami siap menampung, menyampaikan, mengawal  aspirasi suara sampai ke tangan presiden”, kata ketua DPRD Bali saat membacakan pernyataan hasil rapat pimpinan DPRD Bali.

Perwakilan dari desa adat yang hadir lantas meluapkan kekecewaannya di ruang DPRD Bali tersebut. “Kami sampaikan aspirasi ini ke Presiden dan minta cepat ambil keputusan, kajian yang lain akan kami abaikan kalau ada keputusan presiden,” kata  Adi Wiratama.

Dewan menurutnya memiliki keterbatasan wewenang dalam mengambil keputusan soal polemik reklamasi. “Kalau urusan politik kami serahkan ke presiden, apapun pertimbangannya,” ujar Adi Wiratama.

Ketidakjelasan sikap DPRD Bali dalam menanggapi tuntutan pasubayan tersebut, menuai reaksi keras dari I Wayan Swarsa yang juga Bendesa Adat Kuta. Menurutnya tidak jelas dalam bentuk apa tindakan DPRD Bali akan dilakukan karena dalam pernyataan yang disampaikan hanya menampung, menyampaikan, mengawal  dan meneruskan aspirasi.

“Apa bentuknya menyampaikan, mengawal  dan meneruskan aspirasi kami ? permintaan kami kepada DPRD Bali sudah jelas, kami meminta DPRD Bali bersurat kepada Presiden untuk membatalkan rencana reklamasi Teluk Benoa dan membatalkan Perpres 51 tahun 2014 dan kembalikan Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi, kami juga meminta DPRD Bali agar merekomendasikan kepada Gubernur Bali  agar bersurat yang sama kepada Presiden. Mengapa Gubernur harus bersurat kepada Presiden, karena Gubernur Bali harus membatalkan apa yang surat yang pernah dikirimkan oleh Gubernur Bali pada tanggal 23 Desember 2013. Jadi jelas yang kami minta adalah hitam diatas putih apapun bentuknya. Jangan bertele-tele lagi” ujar Wayan Suarsa.

“Kalau masih abu-abu kami punya cara sendiri untuk menolak reklamasi,” tegas Wayan Suarsa.

Sampai dengan pertemuan antara DPRD Bali danPasubayan Desa Adat / Pakraman Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa tidak jelas bentuk dari sikap DPRD yang akan meneruskan aspirasi tersebut. pertemuan yang berlangsung selama kurang lebih satu jam tersebut diakhiri tanpa ada kejelasan sikap dari DPRD Provinsi Bali. (*mc)

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top