Nasional

ANALISA PILKADA DKI 2017. “Misteri Sekuntum Bunga Mawar”

Nusantarakini.com, Jakarta-

Opini Pilkada DKI (1)

Misteri Sekuntum Bunga Mawar Merah
Oleh : Nazaruddin Ibrahim

Politik merupakan seni kemungkinan dan seni meyakinkan kawan atau lawan. Politik bisa menjadi mengasyikkan, mengejutkan dan penuh misteri.

Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta merupakan peristiwa politik lima tahunan untuk memilih pemimpin yang tepat yang dapat mengakomodasi keinginan konstituen
untuk membangun peradaban politik yang moderen dan bermartabat bagi Indonesia.

Peserta Pilkada adalah pasangan calon kepala daerah, bukan partai
politik atau gabungan partai politik sebagaimana dengan Undang-undang No. 10/2016 tentang Pemilihan Kepala Daerah.

Pendaftaran pasangan calon kepala daerah DKI Jakarta sebagai peserta
pilkada oleh partai politik ke KPU DKI Jakarta disepakati tanggal 21-23 September 2016.

Namun, 2 hari menjelang pendaftaran, partai politik dan/atau gabungan,
partai politik belum bergeming menetapkan pasangan calon untuk
didaftarkan ke KPU DKI Jakarta.

Berbagai spekulasi berkembang karena ketat dan alotnya penetapan pasangan calon kepala daerah oleh partai politik yang disebabkan oleh berbagai macam
faktor seperti system pemilihan yang terlalu liberal dan terbuka,
partai politik harus memenuhi syarat untuk mengusung pasangan calon.

Semuanya ini membuat partai harus berkoalisi dengan partai politik lainnya, apalagi Pilkada DKI selalu berbiaya tinggi sehingga pasangan calon harus mempunyai modal besar atau ada “bohir” yang mendukungnya. Seni menghitung yang lain adalah Pilkada DKI 2017 sangat signifikan dengan kegagalan dan keberhasilan Pemilu serentak tahun 2019.

Bagi Rakyat Jakarta, alotnya penetapan pasangan calon oleh pimpinan partai difahami sebagai kehatian-hatian yang penuh perhitungan partai-partai agar dapat menemukan calon-calon pemimpin yang mempunyai hati, jujur, cerdas, punya pemahaman kemanusiaan dan bersih.

Alasan lain, mencari
orang-orang yang berbakat hebat dan yang terpenting adalah mengusung calon pemimpin yang dapat memberi “roh dan jiwa” yang mengembalikan Jakarta sebagai kota yang berbudaya yang dapat memegahkan Kaum Marhaen.

Singkatnya, Rakyat Jakarta ingin memilih pemimpin Jakarta yang mempunyai kualitas, tegas, tidak meninda, pro rakyat, dapat mencegah terjadinya money politic. Di atas itu semua, Pilkada DKI tidak menjadi ajang kekerasan yang dapat menimbulkan konflik sosial yang disebabkan oleh Suku, Agama dan Ras. Rakyat menginginkan Pilkada DKI adalah sebuah kegembiraan dan dapat membangun peradaban.

Bagaimana elektibilitas para kontestan Pilkada DKI ? Survey terakhir Kedai Kopi menempatkan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) (41.6%), Sandiaga Uno (7%), Tri Rismaharini (30%) dan belakangan Rizal Ramli (8%) yang namanya baru muncul 3 minggu terakhir.

Misteri Calon

Sungguhpun Golkar, Hanura dan Nasdem (24 Kursi) sudah menyatakan mengusung Ahok, Gerindra dan PKS (26 kursi) sudah menyatakan mengusung Sandiaga Uno sebagai calon gubernur, dan PAN DKI Jakarta mendeklarasikan mengusung Rizal Ramli, namun pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta masih diselimuti misteri, karena PDI Perjuangan (28 kursi satu-satunya partai yang dapat mengajukan calon
sendiri) belum menentukan dan menetapkan calonnya.
Sedangkan PPP (10kursi) dan PKB (6 kursi) masih galau dan Demokrat (10 kursi) belum menunjukkan tanda berkoalisi dengan partai lainnya.

Pemicu pertama ketidak-pastian pasangan calon gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta karena Ahok tidak percaya diri dan mau mengulang “romantisme”  dicalonkan oleh PDI Perjuangan walaupun sudah diusung oleh gabungan partai politik tersebut di atas. Kedua, partai-partai Islam (PPP, PKB dan PAN) merasa lebih baik menunggu keputusan Megawati agar Pilkada berjalan aman dan harmonis sebagaimana sekuntum bunga mawar merah yang berkelopak hijau.

Megawati sebagai trah Soekarno dan Ketum PDI Perjuangan sedang menimbang-nimbang kader-kadernya dan loyalisnya. Megawati sedang menghitung-hitung apakah Risma harus ditarik dari Surabaya atau memberi kesempatan kepada Djarot untuk kedua kalinya jadi Wakil Gubernur.

Kedua kader PDI Perjuangan dimaksud sudah tidak diragukan lagi pemahaman dan tindakannya dalam mewujudkan Tri Sakti dan keberpihakan terhadap Kaum Marhaen. Namun, Megawati punya loyalis-loyalis, baik terhadap dirinya maupun kesungguhan dalam mengejawantahkan Tri Sakti yang salah satunya adalah Rizal Ramli. Rizal Ramli bahkan sudah dititipkan dan dipercayakan Megawati untuk melaksankan Tri Sakti Bung Karno.

Saya percaya, selain Rizal Ramli adalah seorang Gusdurian, aktifis pro demokrasi yang menganut faham pluralisme, Rizal Ramli adalah juga tokoh yang cerdas, santun, bersih, jujur, tegas dan suka ngepret.

Akankah Megawati menyandingkan Rizal Ramli dengan Risma atau Djarot? Hanya “Gadis”, yang tahu.

Penulis:
Nazaruddin Ibrahim.S.H.,MIPS.
Pengamat Politik dan Otonomi Daerah, sekarang Pengurus Komite Penggerak Nawacita (KPN).
Pendapat tersebut di atas merupakan pendapat pribadi dan bukan lembaga. (*mc)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top