Politik

Pilkada DKI : Partai Partai Islam Menghianati Konstituen Mereka

Nusantarakini.com, Jakarta – Jelang pendaftaran calon pasangan pilkada DKI, telah muncul beberapa nama calon di lingkungan partai-partai berbasis Muslim. Sebutlah Yusril Ihza Mahendra, Sandiaga Uno, dan Rizal Ramli yang dihelat oleh Eko Patrio mewakili PAN DKI.

 

PKS sendiri menyodok ke depan dengan memasangkan langsung Sandiaga Uno dengan Mardani Ali Sera, orang dalam PKS sendiri. Sandiaga Uno berkomentar, bahwa pasangan yang diajukan PKS itu sebenarnya belum final.

 

Sepekan sebelum pendaftaran pasangan calon, masing-masing partai berbasis massa Muslim ini memang terlihat aktif mengamankan kepentingannya dengan cara mengajukan calonnya masing-masing. Sebab dengan terlebih dahulu mengajukan calon pilihannya diharapkan akan dapat mempengaruhi bobot bargaining dan pada saat yang sama berguna untuk mengatrol secara gratis popularitan calon pilihan partai tersebut.

 

Sampai sejauh ini yang terlihat konsisten memperluas kampanyenya barulah Sandiaga Uno dan Yusril Ihza Mahendra. Selebihnya seperti Mardani Ali Sera mungkin harus memulai kampanye lebih keras untuk meyakinkan publik. Rizal Ramli sendiri yang memperoleh dukungan dari PAN DKI harus mempertimbangkan bahwa kursi PAN di DKI hanya dua, sementara patron PAN, yaitu Amien Rais masih ditunggu keputusannya.

 

Realitas saat ini menunjukkan bahwa partai-partai layaknya perusahaan keluarga. Owner atau pendirinya memiliki determinasi yang sangat tinggi untuk memutuskan suatu kebijakan-kebijakan strategis.

 

Yang masih ditunggu soal kepastian  peta pertarungan pada Pilkada DKI yaitu sikap PDIP. Apabila pada akhirnya PDIP menarik kadernya Risma dari Surabaya untuk merebut DKI 1, dipastikan konstelasi di lingkungan partai-partai Islam akan berubah. Demikian juga kemungkinan Partai Golkar yang tabiat politiknya yang istimewa itu: mendukung calon yang jelas menang alias emoh berada di luar kekuasaan.

 

Karena itu, sebelum pendaftaran paslon untuk Pilkada DKI ditutup, tampaknya semua partai saling bermanuver dan saling menunggu.

 

Dalam situasi semacam itu, penting bagi partai-partai berbasis massa Muslim memanfaatkan momen untuk memperkuat ikatan satu sama lain. Mengerasnya penolakan terhadap Ahok di basis-basis akar rumput massa Muslim sepatutnya dijawab dengan kepemimpinan politik yang tepat dari partai-partai tersebut. Jangan hanya karena kepentingan sempit partai seperti urusan mahar politik dan seterusnya, tuntutan massa Muslim di level bawah tersebut diabaikan dan dibiarkan mereda akibat kelelahan. Jika itu yang mereka lakukan, sama saja mereka menghianati basis konstituen mereka sendiri, ini terlihat saat terjadi tarik menarik antara PKS dan PKB dalam menentukan wakil yang mendampingi Sandiaga Uno, serta PPP yang sepertinya berjalan sendiri. Apa susahnya mereka untuk bersatu demi kepentingan umat sebagai basis konstituen mereka. (sed)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top