Mengapa Luhut Panjaitan Disebut Presiden Incognito Indonesia? Ini Alasannya!

Namanya Jenderal (purn) TNI AD Luhut Binsar Panjaitan. Memiliki karir cemerlang baik di dunia militer maupun di dunia bisnis dan politik. Bintang empat diperolehnya bukan dari karir militer tapi pemberian kehormatan dari Presiden Gus Dur kala itu. Namun tidak ada yang meragukan keefektifan dan keefesienan di dalam menyelesakan tugas.

Suatu waktu tatkala Gus Dur harus melepaskan jabatan kepresidenannya kepada Megawati, peranan Luhut diminta oleh alm Taufik Kiemas. Idenya sederhana, bagaimana meyakinkan Gus Dur supaya legowo keluar dari istana dengan lebih elegan. Taufik Kiemas dan Luhut menjumpai Gus Dur. Singkat cerita Gus Dur yang sudah mengumumkan pembubaran DPR dan Partai Golkar itu yang terus bertahan di istana, menerima saran Luhut. Luhut menyarankan supaya pengunduran dari istana terlihat bermartabat, Gus Dur dibuatkan cerita operasi mata ke Amerika. Luhut pun mengontak jejaringnya di Amerika, termasuk Kedubes AS dan pejabat Amerika terkait. Akhirnya Gus Dur dapat “dikeluarkan” secara halus dari istana sehingga memungkinkan Megawati berkantor di istana.

Belakangan operasi-operasi politik incognito seperti itu semakin banyak dilaksanakan oleh Luhut. Wajar jika publik akan menjulukinya sebagai Presiden Incognito Indonesia alias Presiden yang menyamar sebagai pembantu Jokowi.

Setelah KPK ditengarai berada dalam kontrol Luhut Panjaitan, belakangan ia dipilih sebagai Ketua Komisi Kepolisian Nasional yang mengatur sebagian urusan kepolisian. Lengkaplah cengkeraman kekuasaan Luhut di sektor keamanan, politik dan hukum, di samping secara formal dia adalah  Menko polhukam.

Yang paling mengesankan dari aksi operasi politik Luhut adalah penguasaan Partai Golkar dengan menempatkan figur Setya Novanto yang sangat lemah di hadapan pemerintah akibat banyaknya kasus hukum yang membelit dirinya.

Sekarang dapat dikatakan Partai Golkar telah beralih ke tangan pemerintah Jokowi melalui tangan Luhut Panjaitan. Luhut dapat saja beberapa waktu ke depan melalui Setya Nobanto mengatur pembersihan di tubuh Partai Golkar secara perlahan maupun drastis agar secara menyeluruh berada dalam kontrol pemerintah.

Luhut boleh menutup mulut bahwa Partai Golkar otonom dari pemerintah, tapi sebagaimana sifat partai peninggalan Orde Baru itu, senantiasa berharap dipeluk oleh penguasa sekalipun harus mengorbankan otonominya.

Dengan kekuasaan yang makin meluas seperti itu, Luhut makin efektif melancarkan misi-misi politik dia selanjutnya. Pada tahun 2014 sempat terkuak kabar bahwa Luhut akan berpasangan dengan Jokowi, tidak menutup kemungkinan di tahun 2019 kabar itu benar-benar dia  realisasikan. Kedekatannya yang mendalam dengan Jokowi ditambah jasa-jasanya yang besar, dapat mendorong Jokowi memilihnya sebagai Cawapres di masa datang. Apalagi dibandingkan JK, usia Luhut baru 68 tahun saat ini. Dengan tren sumber daya politik semakin terkonsentrasi di tangan pemerintah Jokowi dan kondisi KMP yang makin ciut, maka tidak akan ada yang dapat menghalagi lagi jika Jokowi akhirnya mencawapreskan Luhut Binsar Panjaitan di musim pilpres akan datang. (sed)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *