Nusantarakini.com, Jakarta –
Dalam pandangan kapitalisme, apa yang dimiliki, baik aset, modal, karyawan, usaha, perbendaharaan ilmu, jaringan, simpanan barang berharga, dlsb, maka itulah kekayaan.
Tetapi dalam pandangan non kapitalis, apa yang kita gunakan, kita makan, kita pakai, kita manfaatkan, kita jalankan, maka itulah kekayaan.
Tetapi dalam pandangan Islam lebih spesifik lagi, apa yang kita sumbangkan kepada perintah Allah, apa yang kita gunakan untuk kepentingan ajaran Allah dari manfaat kepemilikan harta yang terlihat maupun harta yang tidak terlihat, maka itulah kekayaan kita.
Kekayaan dalam pandangan Islam berbanding lurus dengan ganjaran yang kita terima sebagai janji dari Allah, di dunia maupun akhirat.
Beda yang kedua dengan yang terakhir, dipisahkan oleh kriteria halal – haram. Adapun yang pertama, sudah tidak mengenal kriteria halal – haram, perwujudannya pun berhenti pada timbunan harta. Tidak peduli disalurkan atau tidak. Yang penting bagi dia, konsentrasi kepemilikannya.
*Syahrul Efendi Dasopang, Penulis Lepas.
