Nasional

Ajaran Leluhur dan Budaya Pesta Musim Semi

Nusantarakini.com, Jakarta –Imlek sudah dirayakan selama 4715 tahun, sejak Dinasti Xia yang mulai terbentuk sejak 2694 SM. Hampir tiga kali lebih tua dengan peradapan Islam, dan tertua di dunia.

Pesta musim semi, imlek adalah perayaan atau upacara syukuran kepada Lao Tian Ya, Tuhan YME. Karena setelah musim dingin berlalu dan beralih ke musim semi adalah pertanda semuanya akan kembali beraktifitas di ladang. Oleh karena itu puji syukur dan permohonan perlindungan dipanjatkan pada perayaan tersebut.

Kong Hu Cu lahir 551 SM, jadi tradisi perayaan Imlek sudah ada, sebelum Nabi Kong Hu Cu lahir. Karena Kong Hu Cu yang mengajarkan tentang etika, sopan santun, ajaran-ajaran yang bijak, cara hidup berkeluarga, berbangsa dan bernegara kepada bangsa Tiongkok. Dan Nabi Kong Hu Cu tidak diTuhankan oleh bangsa Tiongkok.

Tapi sebagai ungkapan rasa hormat dan terima kasih kepada Kong Hu Cu, maka perayaan imlek atau pesta musim semi dihitung sejak kelahiran Nabi Kong Hu Cu, maka perayaan tanggal 12 Februari 2021 adalah perayaan ke-2572.

Karena ajaran Kong Hu Cu yang kemudian hari menjadi DNA-nya bangsa China dan dilestarikan secara turun temurun, bahkan menjadi karakteristik bangsa Tiongkok yang saat ini menjadi pusat peradaban, ekonomi dunia.

Oleh karenanya, pemerintahannya sangat hati-hati menjaga ajaran leluhur dan budaya bangsa. Maka budaya impor agama impor sangat dibatasi di Tiongkok, karena budaya dan agama impor dapat menghancurkan karakteristik bangsa.
Hilangnya jati diri bangsa dan musnahnya kearifan lokal yang berakibat rusaknya moral bangsa.

China tidak melarang agama impor berkembang di China, tapi China tidak mengizinkan agama-agama impor mengadakan kegiatan keagamaan mereka di luar tempat ibadah yang disediakan dan diberi ijin.

Ketegasan pemerintah China ini, bertujuan melindungi kemurnian ajaran-ajaran leluhur dari rongrongan ajaran impor dan kebudayaan impor.

Untuk bangsa Indonesia terkait budaya bangsa dan kearifan lokal cukup memprihatinkan. Saat ini pelaku kearifan lokal hampir punah. Karena ajaran nenek moyang bangsa di Indonesia hampir dihancurkan oleh ajaran impor.

Di Indonesia, wayang kulit, keris, adat istiadat daerah semuanya dibilang oleh para pemuka agama impor sebagai syirik, musyrik, haram, penyembahan berhala, dan ditakut-takuti, bahwa semua itu akan membawa mereka ke neraka.

Ajaran impor terus digemborkan sampai ke pelosok desa, sampai dukuh lereng gunung yang damai. Hampir tidak ada pedukuhan yang menjalankan ajaran sejati leluhur sendiri. Semuanya hampir punah dan beralih mempercayai ajaran tersebut.

Pemerintah hendaknya segera mengatur dengan tegas untuk membatasi ruang gerak ajaran impor, dan kembalikan pada budaya bangsa demi untuk menjaga ajaran leluhur dan kearifan lokal, sebagai tuan rumah di negeri sendiri untuk tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa yang besar dan kuat dengan jati dirinya sendiri.

Jakarta 12 Febuari 2021.

Chandra Suwono, Pemerhati Budaya Lokal dan Internasional.

Terpopuler

To Top