Bingung di Tahun Politik? Ini Pegangan dari Islam Buat Anda

Nusantarakini.com, Jakarta –

Tahun politik, apalagi pemilu serentak yang menggabungkan Pilpres dan Pileg seperti sekarang ini, bagi banyak orang menimbulkan rasa bingung. Bukan apa-apa. Semua orang tiba-tiba menjadi tukang kampanye. Ada yang kampanye atas dirinya, kerabatnya, atau atasannya yang kebetulan ikut nyaleg. Tapi ada juga yang jadi tukang kampanye atas kubu pilihannya di Pilpres yang akan datang.

Namanya kampanye, seperti jual kecap. Bahwa kecapnyalah yang terbaik. Kecap orang jelek.

Kalau sampai di situ saja tidak masalah. Yang ngeri, dia berusaha pula untuk mempolarisasi warga. Bukan hanya itu, didorongnya pula suasana menjadi rada-rada tegang, bikin emosi dan malahan memancingnya untuk berbenturan satu sama lain.

Bagi yang tidak kuat bersikap tenang, jernih dan sabar mencermati, kepancing juga untuk panas dan bingung. Mana yang benar, menjadi tidak jelas. Mana yang terbaik untuk diangkat sebagai wakil rakyat atau pimpinan nasional, menjadi kabur. Faktor sentimen dan emosional tiba-tiba menjadi lebih kuat ketimbang faktor rasional.

Dalam situasi seperti ini, tidak cukup mengandalkan rasionalitas. Sebagai orang yang beriman kepada Al-Qur’an, musti kita andalkan ayat berikut ini. Ayat ini dapat dijadikan pegangan agar kita tidak larut dalam agitasi kampanye yang demikian keras dan tajam di media-media sosial yang telah menjadi andalan informasi kita, ketika media konvensional telah kehilangan integritasnya.

Pertama, berpegang teguh dengan tali Allah. Ikutan hati dengan keimanan kepada Allah gunakan sebagai pegangan agar tidak hanyut oleh kampanye untuk menarik dan menjaring kita sebagai basis suara mereka yang berkepentingan. Bukan berarti harus golput. Kalau mereka yang berkampanye itu positif dan relevan dengan tali Allah, apa salahnya dipilih.

Kedua, jangan berpecah-belah. Apalagi dengan sesama saudara seiman. Orang urusannya cuma kampanye. Bukan urusan Allah dan agama. Ini cuma urusan dunia yang sesaat. Bahwa ada urusan agama yang akan terdampak, agaknya dalam sistem politik yang sekarang, masih aman-aman saja bagi kedudukan agama. Lebih lengkapnya, marilah kita resapi arti ayat berikut ini.

 

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

 

Artinya:

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Al-Qur’an, Ali Imran:103)

 

Saat ini, umat Islam Indonesia sudah lebih baik mutu persatuannya. Hendaknya disadari, itu adalah nikmat Allah. Jadi jangan sampai ayat ini malah jadi ayat teguran bagi kita.

 

 

~ Abu Hanief, Pelayan Jamaah Masjid