Politik

Ideologi Partai, Bukan Pancasila, Bukan Islam. Tapi Perolehan Kursi dan Mahar!

Nusantarakini.com, Jakarta –

Tak ada kata yang lebih tepat untuk menyimpulkan kesimpulan Burhanuddin Muhtadi tentang ideologi partai saat ini yang menurut dia terbagi kepada dua: Islam vs Pancasila, selain sesat dan menyesatkan.

Mana ada zaman now ini suatu partai  di Indonesia menganut ideologi seperti yang dibayangkan pada praktik partai pada zaman Orde Lama. Kalau pun ngaku partai itu mempunyai ideologi, ideologinya hanya sekedar asas yang tertulis di AD/ART. Dan itu tidak akan nyangkut di pikiran para aktivis partainya.

Yang benar-benar menjadi ideologi–itu kalau kita mengartikan ideologi sebagai perangkat pikiran opesional yang mengatur perilaku dan tujuan partai–hanyalah perolehan kursi dan mahar bilamana datang musim Pilkada. Ujung-ujungnya ialah pendapatan partai dari bisnis pengaruh, suara, dan jaringan, yang dikonversi menjadi dollar dan rupiah atau aset, itulah sebenar-benarnya ideologi partai saat ini.

Bagaimana mungkin Burhanuddin Muhtadi percaya PPP menganut ideologi Islam seperti yang disimpulkannya itu. De…de..deh. Jauh bulan dari anjing.

Makanya kesimpulannya itu yang terpampang di Tirto.id, menurut kita, sesat dan menyesatkan.

Sudahlah, ideologi dalam arti yang sejatinya, telah mangkat ke alam baka. Hanya saja orang-orang partainya masih belum mangkat. Kepengennya sih, mereka yang menunggangi umat itu mangkat sekalian. Karena bikin ancur dunia politik dan agama. Di depan umat mereka jualan Islam, ulama, dan syariat, di belakang mereka pasang mahar untuk dukung mendukung. Pilkada DKI yang lalulah buktinya.

Yaah…kalau mau dibahas lagi, tidak cukup lima buku di sini. Nanti generasi milenials tidak suka tulisan yang panjang-panjang kayak artikel di Kompas.

 

~ John Mortir

 

Sumber foto: detik.com dan tirto.id

Terpopuler

To Top