Seperti Mahathir, SBY Bisa Come Back, Lho. Ini Persamaannya

Nusantarakini.com, Jakarta –

Pak Amien Rais boleh merasa dirinya laiknya Mahathir Mohamad yang hendak menyelamatkan negara dari cengkeraman Tiongkok. Mungkin persamaannya sama-sama lanjut usia. Tapi ada dua hal yang tidak dimilikinya seperti yang dimiliki Mahathir.

Pertama, Amien Rais tidak pernah memerintah negara. Kedua, Amien Rais tidak pernah memberi jalan bagi suksesor untuk melanjutkan kepemimpinan negara. Alhasil, latar moral munculnya Pak Amien hari-hari ini yang hendak menggambarkan dirinya laiknya Mahathir dengan latar moral come back-nya Mahathir, berbeda sangat jauh. Yang pertama, hendak merebut kekuasaan dari tidak pernah menjabat, supaya dapat menjabat. Adapun Mahathir hendak menebus kesalahan dan mengoreksi jalannya kekuasaan yang telah dijalankan oleh suksesornya yang merupakan orang yang tadinya disiapkan oleh dirinya untuk melanjutkan kekuasaan dan pemerintahan. Namun, di tengah perjalanan, sang suksesor menyimpang.

Suksesor Mahathir itu ialah Najib Razak. Maka yang paling pas analogi hal ini ialah Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.

Presiden yang berkuasa hari ini ialah Joko Widodo alias Jokowi. Semua orang tahu, ketika Pilpres 2014 berlangsung yang mempertandingkan antara Jokowi dengan Prabowo, SBY diam-diam memfavoritkan Jokowi. Sebabnya banyak, baik sebab politik maupun pribadi.

Singkat cerita, Jokowi pun sukses menjadi suksesor bagi SBY, seperti halnya Najib Razak. Tetapi di tengah jalan, kecenderungan pro Tiongkok yang sangat membahayakan kemandirian nasional, mirip seperti yang dijalankan Najib Razak.

Bila sekarang ini SBY mulai meradang, bisa jadi dia mengalami psikologis seperti Mahathir yang merasa ikut bersalah dengan gejala yang ditimbulkan oleh penerusnya.

Maka, apakah dengan demikian SBY akan menempuh jalan yang ditempuh oleh Mahathir yang come back untuk merebut kembali kepemimpinan nasional demi menyelamatkan negara, bisa jadi. Tinggal kita lihat hari-hari mendatang. Kecuali terjadi koreksi signifikan untuk mengurangi cengkeraman Tiongkok di Indonesia.

 

~ Rumparsi, Pengamat Politik Nasional Indonesia