Analisa

Ini Alasan Mengapa Elit NU Membangun Aliansi dengan Israel

Nusantarakini.com, Jakarta –

Kehadiran NU di Indonesia pada 1926 memanglah reaksi atas modernisasi dan revivalisasi Islam yang merebak di seluruh dunia kala itu. NU hadir sebagai gerakan konservasi atas tradisionalisme Islam yang telah lama melembaga dalam masyarakat di Nusantara. Jadi, selain reaksi terhadap modernisme, NU pun merupakan reaksi terhadap revivalisme atau purifikasi.

Seiring waktu NU terus bertahan dan beradaptasi dengan kondisi zaman, terutama dalam Indonesia yang pekat sifat modernismenya.

Di tengah Indonesia yang beragam ormas Islamnya, baik yang membawa misi modern seperti Muhammadiyah maupun yang bermisi purifikasi seperti Persis dan belakangan masuknya gerakan salafy dari Arab Saudi, NU tentu makin terdesak untuk bereaksi di dalam rangka memperebutkan pengaruh terhadap massa Islam maupun terhadap politik nasional, dalam hal ini kontrol terhadap negara Indonesia. Setting inilah sebenarnya yang mewarnai perilaku politik NU sampai kepada ribut-ribut kunjungan Kyai Yahya C Staquf ke Israel sekarang ini. Haruslah diakui, bahwa arti kunjungan itu bukanlah untuk membela Palestina, tapi untuk membela NU agar lebih meningkat pengaruhnya secara nasional maupun internasional.

Sebab dengan membangun aliansi dengan Israel, NU mengubah konstelasi hubungan dunia Islam yang sudah ada dengan Israel, terutama dalam konteks relasi people to people. NU – Israel, apalagi dengan embel-embel mewakili suatu negara Muslim terbesar di muka bumi, tentu hal ini memiliki arti tersendiri bagi dunia Islam, dan bagi Israel sendiri. NU tentu menikmati naik pamor secara internasional mengingat faktor Israel. Ke dalam negeri, khususnya sebagian umat Islam, NU menimbulkan kecaman, tapi diam-diam NU memantapkan posisinya di tengah konstelasi umat Islam dan pengaruhnya kepada umat Islam. Ibarat kata, orang boleh mengecam dan memaki, tapi elit-elit NU makin seksi secara politik.

Hampir semua manuver yang dilakukan oleh elit-elit NU dimotivasi oleh emansipasi kedudukan NU di dalam politik. Adalah tak bisa disangkal, elit-elit NU dibebani oleh hasrat untuk dapat keluar dari tekanan psikologis sebagai yang diremehkan dan diunderestimate oleh banyak pihak, terutama sesama kalangan umat Islam. Sampai kapan elite NU dapat bebas dari beban psikologis underestimate itu, sampai mereka tidak berhasrat menjadi NU, tapi menjadi Muslim semata saja. Tapi tentu hal ini tidak mudah, bukan?

 

Rumparsi, Pengamat Perilaku Politik

 

Sumber foto: Facebook

Terpopuler

To Top