Tausiah

Puasa Ramadhan (13)

Nusantarakini.com, Jakarta – 

“KISAH BUAH SEMANGKA”

Al Kisah.., pada suatu hari Syeikh al-Imam Syaqiq al-Balkhi membeli Buah Semangka untuk istrinya. Saat disantapnya ternyata buah Semangka tersebut terasa hambar.

Dan sang isteri pun marah.

Syeikh al-Imam Syaqiq menanggapi dengan tenang amarah istrinya itu, setelah selesai di dengarkan amarahnya, beliau bertanya dengan halus:

“Kepada siapakah kau marah wahai istriku?
Kepada pedagang buahnya kah?
atau kepada pembelinya?
atau kepada petani yang menanamnya?
ataukah kepada yang Menciptakan Buah Semangka itu?”
Tanya Syeikh al-Imam Syaqiq

Istri beliau terdiam.

Sembari tersenyum, Syeikh Syaqiq melanjutkan perkataannya:
“Seorang pedagang tidak menjual sesuatu kecuali yang terbaik…
Seorang pembeli pun pasti membeli sesuatu yang terbaik pula..!
Begitu pula seorang petani, tentu saja ia akan merawat tanamannya agar bisa menghasilkan yang terbaik..!
Maka sasaran kemarahanmu berikutnya yang tersisa, tidak lain hanya kepada yang Menciptakan Semangka itu..!”

Pertanyaan Syeikh al-Imam Syaqiq menembus ke dalam hati sanubari istrinya. Terlihat butiran air mata menetes perlahan di kedua pelupuk matanya…

Syeikh al-Imam Syaqiq al-Balkhi pun melanjutkan ucapannya :
“Bertaqwalah wahai istriku…Terimalah apa yang sudah menjadi Ketetapan-Nya.” Agar Allah memberikan keberkahan pada kita”
“Mendengar nasehat suaminya itu… Sang istri pun sadar, menunduk dan menangis mengakui kesalahannya dan ridha’ dengan apa yang telah Allah Subhanahu Wa Ta’ala tetapkan.”

Pelajaran terpenting buat kita adalah bahwa setiap keluhan yg terucap sama saja kita tidak ridha dengan ketetapan Allah SWT, sehingga barokah Allah jauh dari kita.

Karena Barokah bukanlah serba cukup dan mencukupi saja, akan tetapi barokah ialah bertambahnya ketaatan kita kepada Allah dengan segala keadaan yang ada, baik yang kita sukai atau sebaliknya.

Barokah itu: “… bertambahnya ketaatanmu kepada Allah.
Makanan barokah itu bukan yang komposisi gizinya lengkap, tapi makanan yang mampu membuat yang memakannya menjadi lebih taat setelah memakannya.

Hidup yang barokah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru barokah sebagaimana Nabi Ayyub, sakitnya menjadikannya bertambah taat kepada Allah.

Barokah itu tak selalu panjang umur, ada yang umurnya pendek tapi dahsyat taatnya layaknya Musab ibn Umair.

Tanah yang barokah itu bukan karena subur dan panorama nya indah, karena tanah yang tandus seperti Makkah punya keutamaan di hadapan Allah…tiada banding….tiada tara.

Ilmu yang barokah itu bukan yang banyak riwayat dan catatan kakinya, akan tetapi yang barokah ialah ilmu yang mampu menjadikan seorang meneteskan keringat dan darahnya dalam beramal & berjuang untuk agama Allah.
.
Penghasilan barokah juga bukan gaji yg besar & berlimpah, tetapi sejauh mana ia bisa jadi jalan rejeki bagi yang lainnya dan semakin banyak orang yang terbantu dengan penghasilan tersebut.

Anak-anak yang barokah bukanlah saat kecil mereka lucu dan imut atau setelah dewasa mereka sukses bergelar & mempunyai pekerjaan & jabatan hebat, tetapi anak yang barokah ialah yang senantiasa taat kepada Rabb-Nya dan kelak mereka menjadi lebih shalih dari kita & tak henti-hentinya mendo’akan kedua Orangtuanya.

Semoga kita semua dianugrahi kekuatan untuk senantiasa bersyukur padaNYA, agar kita mendapat kan keberkahanNYA.
Amin ya robbal alamin….” [ano/mrc]

Terpopuler

To Top