Tausiah

Puasa Ramadhan (11)

Nusantarakini.com, Jamaica Hills – 

Warna hidup manusia itu dibentuk oleh hatinya. Segala gerak-gerak hidupnya Sekaligus gambaran dari suasana hatinya. Dan karenanya hati adalah penentu sehat sakitnya semua anggota tubuh lainnya.

Hakikat inilah yang digambarkan secara sederhana oleh Rasulullah SAW: “Sungguh dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah, yang jika baik, baiklah seluruh anggota tubuhnya. Tapi jika rusak, maka rusak pula seluruh anggota tubuhnya. Itulah hati” (hadits).

Berbagai kerusakan yang digambarkan oleh Al-Quran: “nampak berbagai kerusakan di darat dan di laut karena tangan-tangan manusia”. Tangan-tangan itu pastinya ditentukan oleh motivasi. Dan motivasi itu adalah di hati manusia.

Di sinilah rahasianya kenapa puasa menjadi sangat relevan dan krusial dalam menjaga hati. Tentu ada beberapa alasan:

Pertama, karena puasa adalah bentuk ibadah yang bersentuhan langsung dengan kata hati yang paling dalam. Berpuasa itu adalah melakukan sebuah amalam yang benar-benar terbebas dari intervensi pihak ketiga. Interaksi yang terjadi hanya antara pelaku dan Allah SWT. Maka puasa mengikat hati dengan kebesaranNya. Dan dengan itu hati menjadi lebih subur dan sehat.

Kedua, hati itu bersih dan esensinya kesucian (fitrah). Akan tetapi Allah juga menciptakan satu elemen dalam kehidupan manusia yang di satu sisi sangat diperlukan untuk menjalankan fungsi kekhilafahan (untuk membangun dunia). Tapi di sisi lain jika tidak dikontrol dengan baik akan menjadi pintu kerusakan hidup. Itulah hawa nafsu manusia.

Kerusakan pertama yang akan dilakukan oleh hawa nafsu yang tidak terkontrol adalah merusak kesucian hati manusia. Dan ketika hati telah rusak maka hati tidak lagi mampu memilah-milah mana yang benar dan mana yang salah.

Oleh karena puasa esensinya adalah menahan diri, bukan hanya dari makan dan minum. Tapi yang terpenting adalah menahan diri dari semua yang dilarang Allah dan RasulNya, yang sekaligus berpotensi merusak kesucian hati manusia.

Di sinilah kemudian jelas bahwa puasa adalah wahana terbaik untuk menata hati manusia. Melalui mujahadah untuk selalu menghadirkan Allah dalam hati, sehingga hati menjadi lembut, halus serta sensitif dengan kebaikan dan juga sebaliknya sensitif dengan dosa-dosa. Dengan mujahadah itu akan semakin terasa kedekatan, bahkan kebersamaan dengan Allah SWT.

Dengan komitmen mengalahkan ganasnya hawa nafsu juga hati manusia akan semakin sehat dan kuat. Tidak mudah terbawa arus godaan yang akan mengotori, merusak bahkan mematikan hati manusia.

Hati yang kuat dan sehat akan tegar menghadapi tantangan-tantangan dan godaan-godaan hidup. Inilah salah satu makna bahwa ketika Ramadan telah tiba “pintu-pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syetan-syetan terikat (shuffidat)” (hadits).

Syetan-syetan terikat karena memang tidak berdaya untuk menggoda. Karena hati yang sehat dan subur tidak mudah digoda. Apalagi puasa merupakan ibadah yang nilai ikhlasnya sangat tinggi. Dan keikhlasan ini senjata yang tidak akan dikalahkan oleh syetan. “Semua akan saya goda kecuali hamba-hambaMu yang ikhlas” (Al-Quran).

Dan hanya dengan hati yang suci, subur dan kuat, seorang hamba akan menghadap Tuhannya dengan aman. “Di hari di mana harta benda dan anak-anak tidak lagi berguna. Kecuali siapa yang datang menghadap Allah dengan hati yang sehat (saliim). Demikian firman Allah SWT.

Bahkan dengan hati yang sehat dan bersih inilah keridhooan Allah akan diraih. “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kamu ke Tuhanmu dalam keadaan ridho dan diridhoi. Masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam syurgaKu”. (al-Quran).

Oleh karena itu di bulan yang penuh barokah ini, mari menata dan merajut hati. Lakukan pembersihan hati melalui puasa yang sesungguhnya. Puasa yang esensinya koneksi dekat Allah, sekaligus puasa dengan menata hidup jauh dari dosa-dosa yang dapat mengotori hati. Semoga!

Jamaica Hills, 27 Mei 2018

*Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation. [mc]

Terpopuler

To Top