Kehidupan Bernegara Semakin Memprihatinkan. Begini Keluhan Letjen (Purn) Marinir

Nusantarakini.com, Jakarta –

Dari hari ke hari kehidupan kita bernegara semakin memprihatinkan.
Kejadian paling akhir yang sangat menyedihkan adalah terbunuhnya Fernando Wowor oleh anggota Brimob. Ini adalah wujud dari apa yang saya sebut terdahulu “Tirani POLRI.” Apapun rekayasanya, baik rekayasa kejadian, rekayasa pemberitaan dan pemeriksaan oleh POLRI seh dapat dipastikan ke mana arahnya. Bahkan saya terkesima dengan pernyataan KAPOLRI bahwa anggota POLRI yang mencalonkan diri di pilkada bisa kembali ke POLRI bila gagal.

Bagi saya semua ini adalah power syndrom Polri akibat Kecurangan/ manipulasi berfikir Polri yang didukung oleh media mainstream yang sudah berpihak/ tidak netral. Polri seakan menantang semua semua aturan, karena merasa Negara ini bukan lagi negara hukum, negara ini “Negara Polisi.” Ironisnya ini akan berjalan terus, karena pembiaran oleh pemimpin negara. Saya masih ingat saat di TV presiden mengomentari tentang kabinet “biar saja menteri ada yang mau dangdut, ada yg kroncong, ada yg pop dan lain-lain.” Saya terkesima jadi mereka berjalan sendiri sendiri, tidak ada derigen, tidak ada lagu yang dimainkan bersama. Inilah yang kita rasakan sekarang “too many chief no Indian.” Pembiaran ini mungkin setelah liberalisme masuk sejak jaman SBY yang lalu .

Oke kita kembali pada soal terbunuhnya Wowor. Apapun alasannya, apapun rekayasa kejadiannya, mari kita lihat dari kacamata hukum. Kita kembalikan posisi negara kita sbg negara hukum bukan negara “polisi.”

Dalam bertugas pastilah polisi TDK sendiri sendiri. Pasti body pairing dan pasti membawa alat komunikasi. Bagaimana mungkin langsung main tembak. Polri pasti punya SIAP. Ada proses laporan, ada proses tembakan peringatan dan lain-lain. Ada apa tidak SOP-nya. Saya khawatir ini tida dijalankan. Yang muncul adalah kecongkakan polisi akibat “power syndrom,” aku polisi, aku Brimob. Kalau ini dibiarkan, ini akan menumpuk rasa kebencian terhadap Polri yang pada gilirannya akan merapuhkan NKRI. Ingat institusi bersenjata di Republik ini bukan hanya Polri. Himbauan saya utamanya pada pimpinan Polri kita harus dewasa : dewasa dalam berfikir, dewasa dalam berkehendak dan dewasa dalam bertindak. Dan lebih dari itu harus kita sadari bahwa sistem negara kita saat ini salah, deviasinya semakin jauh dari UUD 45 asli.

Ajak dan pimpin anak anak kita kejalan yg benar. Semoga bermanfaat. Amin….

*Letjen Mar (Purn) Suharto. [mc]