Analisa

Eksploitasi Pribumi Yang Kronis dan Urgensi Partai Dengan Misi Pembebasan

Nusantarakini.com, Jakarta –

INDONESIA merupakan suatu bangsa dan negara yang terus menuju dan mencari susunan yang seimbang, adil dan sempurna atas masyarakat dan negaranya. Boleh dibilang, selepas mengalami penjajahan yang lama dari bangsa asing Eropa, Indonesia belum sepenuhnya merdeka dalam arti sebenarnya sesuai tujuan asasinya. Kebebasan dari eksploitasi ekonomi, politik dan budaya masih harus diperjuangkan hingga hari ini, dan nyatanya eksploitasi itu masih terus berlangsung dengan aktor-aktor yang berganti. Nasib pribumi dan umumnya rakyat tetap berada sebagai sasaran eksploitasi dan menempati lapisan terbawah dari susunan hirarkis kekuasaan ekonomi politik di Indonesia.

Dapat dikatakan sebenarnya keadaan yang dialami penduduk di kepulauan ini, masih merupakan lanjutan dari nasib yang mereka alami sejak zaman penjajahan asing. Di sini dapat kami paparkan bahwa terdapat tiga jalur penjajahan dan eksploitasi yang dialami penduduk dewasa ini, yaitu:

Pertama, melalui jalur ekonomi dan bisnis. Jalur ini dimainkan secara dominan oleh suku bangsa China. Suku bangsa China mengeksploitasi pribumi demikian massif dan ketat hingga amat susah bagi pribumi untuk menyaingi dalam bidang ekonomi dan bisnis yang memang telah lama dikuasai hampir total oleh suku bangsa China.

Sumber daya alam, tenaga dan sumber daya manusia, dan pasar jasa dan barang habis dicengkeram oleh suku bangsa China yang menetap di berbagai wilayah kepulauan ini. Dari produksi yang penting menguasai hidup orang banyak, distribusi, pasar hingga permodala, penuh dalam genggaman mereka.

Suku bangsa China sudah lama menetap dan menjalankan eksploitasi di negeri ini. Suku bangsa China di zaman penjajahan asing Eropa, memang ditempatkan secara sengaja dalam kedudukannya sebagai perpanjangan tangan penjajah Eropa di dalam maksud mengeksploitasi ekonomi dan tenaga penduduk setempat. Kedudukan sebagai eksploitator ekonomi terus berlanjut, mendalam dan meluas hingga dewasa ini.

Eksploitasi jalur ekonomi dan bisnis yang dimainkan oleh suku bangsa China terhadap penduduk makin tak terkendali, bahkan belakangan sudah merambah ke jalur administrasi dan politik, jalur yang selama ini secara ekslusif dikuasai oleh feodal-feodal baru kaum pribumi yang korup.

Kedua, jalur eksploitasi yang dialami pribumi berikutnyua adalah jalur administrasi dan politik. Jalur ini pada awalnya dikuasai oleh penjajah asing Eropa. Namun setelah mereka tersingkir sebagai konsekwensi kemerdekaan nasional, jalur ini diisi oleh elit-elit pribumi hasil didikan kolonial.

Ketika elit-elit pribumi menggantikan fungsi pejabat-pejabat administrasi dan politik kolonial, sistem dan fungsi eksploitatif dan koruptifnya tidak terusir bersama dengan kaum penjajah tersebut. Sistem dan fungsinya yang eksploitatif dan korup diturunkan dan dilanjutkan oleh pejabat-pejabat administrasi dan politik dari kaum pribumi.

Bisnis perizinan, proteksi, lisensi dan konsesi merupakan bagian yang terus berlanjut dalam praktik administrasi dan politik di Indonesia. Apa saja yang dapat dibisniskan dari bidang administrasi dan politik, dilakukan dengan tanpa bersalah oleh pejabat-pejabat korup, mulai sejak rekruitmen, penempatan, promosi, hingga penerapan kekuasaan administrasi dan politik itu sendiri di dalam skema Belanja Negara.

Korupsi administrasi dan politik di Indonesia sangat mengakar dan membudaya sedemikian rupa hingga menembus batas-batas moral. Sebab tradisi korup dari  bidang administrasi dan politik ini pada hakikatnya merupakan warisan era kolonial.

Di masa kolonial, hirarki kekuasaan administrasi dan politik tersusun sedemikian rupa dalam rangka mengamankan dan mengekalkan jalannya penjajahan. Pribumi-pribumi direkrut oleh penjajah sebagai kaki tangan untuk menjalankan administrasi dan politik dari pusat hingga daerah, mulai darin level demang, wedana, bupati, hingga raja-raja direkrut oleh penjajah untuk mengeksploitasi rakyat dan sumber daya alamnya.

Rakyat ditindas sedemikian rupa melalui kegiatan administrasi dan politik yang bersifat memeras. Maka bertambahlah kesengsaraan rakyat, selain diperas melalui kegiatan administrasi dan politik, rakyat juga dihisap melalui kegiatan ekonomi dan bisnis yang dijalankan oleh suku bangsa China dan kaum penjajah Eropa terhadap pribumi. Sampai hari ini, pola dan gaya kolonial itu tidak banyak berubah sama sekali.

Ketiga, eksploitasi atas pribumi berikutnya melalui jalur etika, moral dan spritual yang tentu saja menyentuh langsung bidang agama dan budaya. Eksploitasi jalur etika, moral dan spritual ini berfungsi mematikan daya juang, daya kritis dan daya kreasi pribumi atas nasib yang mereka alami. Jalur eksploitasi ini sebenarnya juga merupakan pengondisian kesadaran pribumi untuk dapat dengan rela mengizinkan bagi dirinya terjadinya kegiatan eksploitasi ekonomi dan bisnis serta administrasi dan politik terhadap mereka.

Eksploitasi jalur etika, moral dan spritual ini dapat dikatakan sebagai pembius kesadaran pribadi dan sosial bersenjatakan manipulasi agama dan budaya yang disuguhkan kepada pribumi.

Eksploitasi etika, moral dan spritual dengan cara memanipulasinya di dalam rangka menguasai alam pikiran dan kesadaran pribumi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tiga wajah satu tubuh (trimurti) – ekonomi dan bisnis, administrasi dan politik, dan etika, moral dan spritual — eksploitasi yang digunakan untuk melumpuhkan dan menguasai penduduk pribumi.

Bukan maksud menyudutkan, eksploitasi dari jalur etika, moral dan spritual ini, selain diperankan oleh tokoh-tokoh agama dari kaum pribumi sendiri, juga diperankan oleh tokoh-tokoh moral dan spritual dari suku bangsa Arab.

Manipulasi etika, moral dan spritual dapat secara langsung memanipulasi kesadaran rakyat. Agama yang tadinya berfungsi sebagai senjata buat membangkitkan keberanian, di tangan manipulator etika, moral dan spritual berubah menjadi bius dan pelemah api semangat jihad penduduk pribumi untuk mengubah nasib mereka dari kekuasaan penjajah. Di waktu yang lain, manipulasi moral, etika dan spritual ini digunakan untuk membelokkan perhatian kaum pribumi dari masalah fundamental yang menimpa mereka.

Walhasil, tiga jalur eksploitasi dan manipulasi ini (ekonomi dan bisnis, administrasi dan politik, dan etika, moral dan spritual) merupakan hal yang berlanjut sampai dewasa ini. Hal ini memerlukan tindakan pembebasan. Selama ketiga jalur eksploitasi ini belum tertangani dan masih berlanjut seperti keadaan hari ini, jangan berharap terjadinya pembebasan pribumi dari eksploitasi dapat dinikmati di negeri kepulauan ini.

Yang kita maksudkan pembebasan pribumi adalah dimana tidak ada lagi satu golongan dominan di masing-masing jalur eksploitasi tersebut yang berkolaborasi satu sama lain guna keuntungan egoistik mereka masing-masing yang akibatnya penderitaan bagi kehidupan kaum pribumi. Menghentikan eksploitasi dari tiga jalur ini hukumnya wajib karena melawan keadilan dan kemanusiaan.

Suku bangsa China tidak boleh menghegemoni jalur ekonomi dan bisnis. Elit-elit pribumi yang korup harus berhenti menjalankan fungsi administrasi dan politik yang korup dan eksploitatif. Tokoh-tokoh spritual dan moral baik dari kalangan pribumi maupun suku bangsa Arab tidak boleh menjalankan dan mengajarkan agama dan budaya yang hanya melayani ekonomi dan bisnis serta administrasi dan politik yang menindas dan eksploitatif. Agama dan budaya harus dijalankan sesuai tuntunan Nabi di dalam rangka menegakkan keadilan dan kebenaran, bukan untuk melemahkan, melenakan, dan memalingkan perhatian penduduk dari nasib yang mengurung mereka.

Mengingat harapan semacam itu tidak mungkin diserahkan dengan suka rela oleh para eksploitator—karena sama saja merenggut kenyamanan mereka—maka hanya bisa direbut harapan itu dengan suatu kekuatan terorganisir yang mampu. Kekuatan semacam itu tidak saja dalam wujud organisasi biasa, tapi dalam wujud partai politik. Partai politik ini tidak harus berurusan dengan keikutsertaan dalam pemilu. Tujuan utamanya adalah menghimpun kekuatan sadar pribumi dan rakyat pada umumnya sebanyak-banyaknya, sesolid-solidnya, untuk merebut sendiri kendali perubahan atas nasibnya.

Aktivitas partai ini adalah penyadaran secara massif dan pemusatan dan perluasan kekuatan agar tujuan pembebasan dari tiga jalur eksploitasi yang sudah diuraikan di atas dapat dicapai.

 

~ Mahmoed

Terpopuler

To Top