Representasi Merah Putih di Kampung Akuarium

Nusantarakini.com, Jakarta –

Silaturahmi ke Kampung Akuarium, Sabtu, 4 November 2017, berbeda dengan suasana silaturahmi sebelumnya. Saat ini, para penduduk Kampung Akuarium tampak semringah penuh harapan. Alasannya sangat jelas bahwa mereka mendapat angin segar dari gubernur terpilih, Anies Baswedan. Mereka dijanjikan, kampung yang sudah jadi puing akan dibangun kembali. Inilah yang membuat Bu Dharma ceria menyambut kami saat berkunjung di sore hari. Keceriaan itu juga tampak sekali pada warga-warga lainnya. Mereka tak bayangkan bahwa perjuangan 411, tepat setahun lalu, memberikan secercah harapan seperti hari ini. “Sekarang, warga sudah berani berkhayal lagi untuk kembali memiliki rumah mereka,” kata Bu Dharma saat ngobrol dengan kami, Sabtu lalu.

Menurut rencana, rumah deret akan dibangun untuk para warga Kampung Akuariuam setelah mereka terlantar lebih dari dua tahun pasca penggusuran paksa yang dilakukan gubernur sebelumnya. Memang di Kampung Akuarium diapit oleh dua apartemen yang sangat berkepentingan dengan penggusuran. Bahkan menurut informasi yang disampaikan warga setempat, apartemen dekat Makam Luar Batang langsung laris manis bahkan habis penjualannya setelah penggusuran Kampung Akuarium. Padahal apartemen itu sempat kewalahan menjual unit-unitnya. Tapi setelah pengggusuran Kampung Akuarium, orang-orang kaya berbondong-bondong memborong unit apartemen dan berkhayal akan mendapat keuntungan berkali lipat bila Kp Akuariuam yang diratakan dengan tanah, berubah jadi akses bagi kalangan elit penghuni apartemen. Begitu keji dan zalim karena hanya kepentingan segelintir elit, sebuah kampung 160 keluarga dan 200 rumah harus dikorbankan dan diusir secara paksa.

Terkait pengusiran dari rumah, Al Quran sangat tegas. Surat Al Mumtahanah ayat 8 menjelaskan bagaimana harus bersikap pada orang kafir yang memerangi karena agama dan mengusir dari rumah. Pada saat yang sama, ayat ini menguraikan bahwa kafir itu tidak selalu berkonotasi negatif dari sisi sosial. Jadi, tidak seharusnya tersinggung (baca baper) dengan istilah kafir. Kafir bisa diartikan hanya sekedar beda agama atau batasan agama. Tentu agama Islam tidak sama dengan agama lainnya seperti Kristen, Yahudi bahkan Budha, Hindu dan Kong Hu Chu. Agama-agama itu tentunya juga tidak mau disamakan dengan Islam karena di sana memang ada titik perbedaan yang merupakan batasan agama. Islam menyebut titik pembeda itu dengan kafir. Akan tetapi ada yang menyikapi perbedaan dengan permusuhan sehingga kafir pun juga bisa dipahami sebagai musuh Allah. Surat Al Mumtahanah ayat 8 mengkategorikan dua jenis kafir dan menjelaskan batasan antara keduanya. Dua jenis kafir itu adalah kafir yang layak dihormati seperti muslim dan kafir yang layak diperangi seperti musuh. Sementara batasan antara dua jenis kafir itu adalah selama tidak memerangi karena agama dan tidak mengusir dari rumah. “Allah tiada melarang kamu untuk berlaku adil serta berlaku baik terhadap mereka yang tidak memerangi kamu karena agama dan (terhadap mereka yang) tidak mengusir kamu dari rumahmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang yang adil”. (al-Mumtahanah, ayat 8)

Spirit ayat di atas benar-benar tercermin pada Kampung Akuarium. Para warga marah kepada Ahok karena mengusir rumah mereka dan mungkin juga karena menista agama ( baca memerangi agama kalian dalam konteks ayat di atas). Sementara itu, para warga Kampung Akuarium tetap ramah kepada non muslim yang sudah dianggap seperti saudara mereka sendiri. Kampung Akuarium mampu menampilkan wajah bangsa Indonesia sebenarnya yang diridhoi Allah Swt karena mengasihi orang-orang yang sudah seharusnya dikasihi dan memusuhi orang-orang yang harus dimusuhi. Mereka tahu kapan berkorban hingga titik darah terakhir dan tahu kapan harus bersikap tulus. Itulah representasi Merah-Putih yang begitu terasa di Kampung Akuarium. [emak/mc]

*Alireza Alatas, Pembela Ulama dan NKRI/SILABNA-Silaturahmi Anak Bangsa Nusantara.