Warkop-98

Diplomasi Panda Raksasa

Nusantarakini.com, Jakarta – 

Negeri Tiongkok yang sebelumnya lebih dikenal dengan Negeri Tirai Bambu, dengan satwa pemakan bambunya yaitu Panda yang merupakan kebanggaan dari Negeri Tiongkok. Dan sebagian besar berada di Provinsi Shi Chuan yang banyak dihuni Suku Yi dan Suku Miao; disamping Suku Han yang merupakan suku mayoritas di Tiongkok.

Menurut mitologi Tiongkok, Panda adalah simbol persabahatan dan perdamaian, karena sifat satwa itu yang selalu tenang dan ramah serta bersahabat. Pemerintah Tiongkok sangat selektif dalam meminjamkan satwa tersebut kepada bangsa lain. Banyak hal yang akan dijadikan pertimbangan sebelum satwa tersebut dipinjamkan.

Sampai dengan saat ini hanya ada beberapa negara di dunia yang dipinjamkan satwa tersebut, salah satunya adalah Bangsa Indonesia. Bahkan merupakan sejarah baru, karena Indonesia mendapatkan pinjaman berupa sepasang panda raksasa yang sebelumnya tidak pernah terjadi, dan sudah hadir di Jakarta pada tanggal 28 September 2017. Yaitu Cai Tao untuk yang jantan dan Hu Chun untuk yang betina, serta sudah ditempatkan di rumah barunya Di Taman Safari Indonesia.

Inilah disebut “Diplomasi Panda” dalam rangka mempererat hubungan persahabatan yang saling menguntungkan. Ini juga sekaligus menjelaskan betapa pentingnya posisi Indonesia di regional Asia, bahkan di dunia global. Oleh karenanya elite bangsa harus mampu melihat ini adalah hal yang positif. Sehingga mampu dimanfaatkan hubungan ini untuk pembangunan yang berkelanjutan untuk menjadi negara maju.

Sebab kebangkitan Tiongkok adalah sangat berbeda dengan negara maju lainnya, karena Tiongkok bangkit menjadi kekuatan di dunia global dengan kebudayaan dan karakteristik peradaban bangsanya sendiri, tanpa mengadopsi ideologi bangsa lain. Dan Tiongkok menganggap kebangkitannya adalah sebagai pemulihan keadilan dari pada mengambil keuntungan atas bangsa-bangsa lain dan sebagai perolehan kembali status internasionalnya yang pernah hilang, dari pada meraih sesuatu yang baru.

Sehingga di dalam hubungan kerja dengan bangsa lain tanpa ada tekanan ideologi tertentu, namun lebih dari pada kerja sama yg bersifat saling menguntungkan.

Elite bangsa dan seluruh rakyat harus mampu melihat jenis dunia baru telah muncul, namun untuk memahaminya adalah pekerjaan yang sangat sulit, karena dunia sudah terbiasa dengan tolak ukur yang baku, dan kita anggap demikianlah adanya, karena hegemoni Amerika Serikat (AS) sudah berkuasa sedemikian lamanya sehingga begitu dalam dan berakar.

Tanpa kita sadari bahwa bangsa ini sudah sangat terobsesi dengan gaya Barat (Di-brain wash), sehingga ketika kita melakukan hubungan kerja sama dengan bangsa Barat selalu ditekankan sesuai ideologi mereka yaitu demokrasi, liberalisasi dan pasar bebas serta HAM. Dan kita anggap suatu kewajaran dan keharusan, termasuk privatisasi (pencabutan subsidi) tanpa mampu melihat kondisi bangsa sendiri.

Bangsa ini harus segera keluar dari pola pikir bahwa hanya dengan cara itu untuk menjadi negara maju dan modern serta kesejahteraan rakyat. Karena fakta bahwa bangsa Tiongkok, Jepang, Korea, khususnya Asia Timur telah bangkit menjadi kekuatan global tanpa menjadi Barat dan ideologi Barat, tapi disesuaikan dengan karakteristik kebudayaan dan peradabannya.

Bangsa Indonesia harus kembali ke peradaban serta kebudayaan dan karakteristik bangsanya sendiri yaitu Gotong Royong dan Demokrasi Pancasila untuk dapat maju dan menjadi modern serta mampu mensejahterakan rakyatnya. Serta harus mampu memanfaatkan kebangkitan kekuatan Tiongkok sebagai kekuatan dunia global, untuk keuntungan bangsa Indonesia, karena sangat terbuka kesempatan itu dengan adanya diplomasi “Panda Raksasa.”

Berarti Indonesia memiliki posisi yang sangat penting untuk kebangkitan Tiongkok, dan harus mampu dimanfaatkan untuk dijadikan pintu masuk menjadi kekuatan dunia global secara bersama-sama, sesuai dengan prediksi penulis dari Inggris Martin Jacques, bahwa Indonesia akan menjadi kekuatan ketujuh di dunia global. (mrm)

*Chandra Suwono, Pemerhati Ekonomi Politik dan Budaya.

Terpopuler

To Top