Budaya

Percayakah Anda, Karena Lengah dan Lalai, Bangsa Indonesia Akan Hilang dari Peta Dunia?

Nusantarakini.com, Bandung –

Bangsa-bangsa di atas pentas sejarah, sudah suratan takdir, kadang eksis beberapa lama, lalu kemudian sirna. Soal lama eksis dan jangka waktu sirnanya, hanya soal waktu.

Ada kalanya, belum satu abad, sudah lenyap, seperti Uni Soviet dan Yugoslavia. Adakalanya berabad-abad, seperti Khilafah Utsmaniyah di Turki. Tapi yang jelas seperti halnya manusia, bangsa itu melewati fase kelahiran, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, tua, dan kemudian mati.

Dapatkah suatu bangsa ditunda kematiannya? Itu sama dengan pertanyaan, dapatkah seorang manusia ditunda kematiannya?

Sebenarnya bukan soal kematian suatu bangsa yang perlu diperhatikan. Tapi adalah persoalan merosotnya vitalitas, soliditas dan semangat suatu bangsalah yang penting untuk dilihat.

Ketika vitalitas, soliditas dan semangat suatu bangsa terasa merosot, itu pertanda kurang baik bagi masa depan suatu bangsa agar tetap eksis dan berkembang.

Dapatkah kita bertanya kepada bangsa Indonesia hari ini: merosotkah atau membubungkah vitalitas, semangat dan soliditas Indonesia sebagai bangsa? Saya rasa kita harus jujur mengakui, bahwa hasil yang diperoleh dari Sea Games tempo hari di Malaysia yang menempatkan Indonesia di bawah Malaysia, Thailand, dan Vietnam, mengisyaratkan merosotnya vitalitas Indonesia sebagai bangsa.

Tahukah Anda bahwa ciri-ciri suatu kematian di antaranya merosotnya semangat dan vitalitas untuk menaklukkan tangangan hidup?

Bila kita tarik dalam konteks Indonesia, tampak sekali bahwa vitalitas itu tidak terlihat lagi sama sekali. Ini sebenarnya lampu kuning bagi kelangsungan Indonesia.

Bahkan hal ini pun tidak pandang sebagai masalah yang krusial oleh para pemimpin. Yang paling krusial bagi mereka ialah bersaing satu sama lain untuk meraih kontrol politik, bukan bersaing untuk saling memberi sumbangan bagi kemajuan dan kemakmuran yang dirasakan secara bersama-sama. Akibatnya, rasa senasib sebagai bangsa dan rasa semimpi sebagai bangsa, lenyap dan beralih membangun mimpi dan nasib masing-masing.

Boleh dibilang, di sinilah pangkal muasal kelengahan dan kelalaian itu. Tentu saja kelalaian dan kelengahan merupakan kesempatan terbaik bagi musuh dari dalam maupun dari luar untuk mengambilalih Indonesia baik secara senyap, perlahan-lahan, atau nanti gempar dan cepat.

Saat ini saja, pengambilalihan itu makin lama makin terasa. Terutama kontrol terhadap ekonomi pada bangsa ini. Nanti akan merembet ke budaya secara luas hingga politik secara nasional. Dan kita pun akan lenyap sebagai suatu bangsa yang pernah terdaftar dalam buku sejarah bangsa-bangsa di dunia pada abad ke – 20 dan 21.

Apakah perasaan Anda sama dengan saya bahwa bangsa ini tengah menuju ke kesirnaannya? Kalau sama, cobalah mengusir kelengahan dan kelalaian kita. Jangan termakan puja-puji yang menyesatkan dari musuh-musuh bahwa bangsa ini hebat dan akan menjadi kekuatan ekonomi dunia. Itu semua non sens. Itu semua hanya penyesatan yang membawa kita makin terpuruk dan tak berdaya.

Satu hal yang makin menghawatirkan ialah bahwa para pemimpin politiknya makin tenggelam dengan kepentingan pribadi dan kelompoknya ketimbang kepentingan rakyat secara umum. Ditambah lagi makin hilangnya moralitas dalam penyelenggaraan dan pengelolaan politik. Bahkan suatu hal yang cacat secara moral seperti korupsi, diperlakukan dengan santai tanpa rasa bersalah dan malu.

Bayangkan, untuk menutupi jejak sejarah korupsi dalam hidup para politisi itu, mereka kembali mencalonkan diri sebagai pejabat publik. Ini benar-benar kerusakan kebudayaan politik yang parah. Banyak sekali dari para pejabat korup yang sudah menjalani hukuman, dengan santainya kembali mencalonkan diri di panggung politik. Saya tidak akan daftarkan satu per satu nama mereka di sini. Cukup kita mengetahuinya saja dan memberikan pukulan kepada mereka bahwa tindakan yang mereka lakukan itu demi menutupi jejak hitam mereka, sungguh keji dan terlaknat. Mereka telah menyumbang bagi hancurnya moralitas bangsa dan menyumbang sirnanya eksistensi Indonesia sebagai suatu bangsa.

Pada akhirnya saya berkesimpulan bahwa mendesak untuk menyelamatkan kelangsungan Indonesia sebelum terlambat, yaitu dengan menyegarkan struktur sosial politik yang baru tanpa partai-partai yang eksisting dan menyingkirkan tanpa ragu elemen-elemen korup yang mengisap dan memeras Indonesia hingga kehilangan vitalitasnya sebagai suatu bangsa yang layak memimpin belahan dunia tertentu.

Kita jangan lengah dan lalai lagi dengan para parasit korup di berbagai lini. Nanti kita sadar terlambat bahwa ternyata Indonesia hanya tinggal kenangan saja dan telah diambil alih oleh bangsa-bangsa lain secara tercabik-cabik.

Saat isu Rohingya mencuat begini, tentu merupakan pelajaran bagi kita bahwa nasib yang menimpa suatu bangsa dapat terjadi kapan saja, bahkan di dunia yang sudah familiar dengan HAM dan Demokrasi sekali pun seperti sekarang ini. Faktornya ialah lengah dan lalai untuk mempertahankan diri. Demikian juga pada Indonesia, bisa saja bernasib seperti Rohingya manakala kita tidak siaga mempertahankan diri. Jadi, jangan lengah, jangan lalai. Awasi apa yang berkembang di lingkungan nasional saat ini.

 

~ John Mortir

Terpopuler

To Top