Kenapa di Antara Tokoh-tokoh Pribumi Malah Pro Para Taipan?

Nusantarakini.com, Jakarta –

Saat sebagian besar rakyat Indonesia menjerit cemas negerinya hendak ditelan habis para taipan, sejumlah tokoh dari rakyat pribumi sendiri pasang badan membeking para taipan. Bukan main-main pula, malahan ada yang ulama, jenderal yang lama digembleng, politisi dan sudah barang tentu jurnalis dan artis.

Rakyat pasti heran. Kok bisa mereka lebih memihak kepentingan taipan ketimbang rakyat? Itu pertanyaannya.

Meikarta misalnya, di situ ada Didik Rachbini, yang dikenal sebagai pengamat ekonomi. Ada juga Theo Sambuaga, yang memang direkrut sebagai petinggi group usaha lippo. Tapi ketika muncul nama Agum Gumelar, pusinglah rakyat. Kok bisa?

Di berbagai perusahaan milik para naga atau taipan, polanya sama. Tokoh-tokoh berpengaruh dipasang sebagai pembeking aksi bisnis.

Dulu sempat ramai juga sebuah perusahaan sawit yang dituding terlibat membakar lahan. Lagi-lagi ada jenderalnya. Apa ini? Tidakkah bisa mereka mengukur diri bahwa duduk di perusahaan milik para taipan yang dikenal rakus dan eksploitatif sama saja membuat pedih hati rakyat?

Mungkin jawaban yang tepat dari hal tersebut, kedekatan relasi tidak ditentukan oleh SARA, tetapi oleh selera.

Anda pribumi, jika kau miskin, akan sama seleranya dengan Anda yang bukan pribumi. Sebab selera ditentukan oleh kekayaan. Selera untuk menikmati kemewahan hanya dapat dipahami oleh mereka yang kaya. Sedangkan si miskin hanya dapat mereka-reka rasanya kemewahan.

Bukankah berlaku hukum: hanya yang kaya yang berkawan dengan yang kaya.

Jadi jangan heran, bila terjadi panorama semacam itu. Kalau situasi begini tak dapat diterima, yah…lakukan sesuatu agar situasi tidak makin merajalela. (bgt)