BACA! Drama Menyelamatkan Kambing Gembala

Nusantarakini.com, Jakarta –

Suatu hari saya berjalan pulang ke rumah sehabis menggembala kambing di lereng bukit. Saat kambing-kambing itu berjalan sejarak 50 meter dari saya, salah satu dari kambing itu terperosok ke dalam sebuah lubang.

Hari telah menjelang maghrib. Saya pun periksa kambing yang terperosok. Betapa terkejutnya saya, tubuh kambing itu telah masuk sebagian ke dalam mulut seekor ular piton besar. Menurut Anda, haruskah kambing itu saya abaikan dan tinggalkan begitu saja, saat dimana kaki-kakinya saya lihat masih menendang-nendang ke udara untuk mempertahankan hidup? Padahal saya adalah si penggembala kambing, yang merawat kambing itu dari kecil dan mengharapkannya tumbuh sehat maksimal.

Ini adalah tamsil dari kehidupan kita dewasa ini di Indonesia. Ular piton itu adalah kaum pemangsa rakyat dan negeri ini. Kambing gembalaan yang naas itu adalah rakyat dan negeri ini. Saya si penggembala adalah kita yang sadar.

Maghrib dan rumah tempat kita kembali adalah akhirat. Apakah demi akhirat kambing itu kita biarkan mati perlahan diremukkan dan ditelan ular piton tersebut?

Tentu tidak. Kita tanpa pikir panjang akan menyelamatkan kambing yang malang itu. Sejurus dengan itu, ular piton itu pun akan kita bunuh demi menyelamatkan kambing itu.

Dalam iktibar ini, demi menyelamatkan negeri dan rakyat, tentu kita dengan tanpa ragu memusnahkan para pemangsa yang bisa berjas pengusaha atau politisi maupun ulama su’.

Sekiranya kita tergores risiko bahaya dengan tindakan penyelamatan itu, tentu tidak masalah, malahan merupakan suatu hal yang terpuji.

Jadi…jika hari ini kita dituntut menyelamatkan rakyat dan negeri ini dari pemangsa-pemangsanya, maka itu bagaikan si penggembala tadi.

Mungkin si penggembala tadi guna menyelamatkan kambing yang malang itu, memerlukan pisau atau balok kayu, maka untuk menyelamatkan rakyat dan negeri ini, kita membutuhkan organisasi partai politik yang ditujukan untuk maksud penyelamatan itu.

Sebab, para pemangsa itu pun hadir secara terorganisasi. Maka memusnahkannya pun dengan alat organisasi yang efektif.

Kita punya alat yang disiapkan untuk hal itu. Dunia ini diciptakan bagi kita untuk menguji keimanan dan kebaikan hati kita.

Tentu bukanlah hal yang baik membiarkan rakyat dan negeri ini diremukkan dan ditelan para pemangsa yang serakah di depan mata kita tanpa berbuat sesuatu, sementara kita beralasan urusan Tuhan lebih utama.

Betul urusan Tuhan lebih utama. Tapi bukan berarti harus meninggalkan urusan kemanusiaan. Tuhan menuntut kita untuk memecahkan urusan kemanusiaan dengan kerangka dan tuntunan-Nya.

Jadi sekarang, Anda siap menggempur secara terorganisasi para pemangsa rakyat dan negeri ini yang sosoknya laksana ular piton itu?

 

~ John Mortir