Pengamat: Rezim SBY dan Jokowi Terbukti Gagal Mengelola Keuangan Negara

Nusantarakini.com, Jakarta – 

Saya sedang mencoba menghitung utang negara, secara pengamatan pribadi saya dengan menggunakan rumus rata-rata dengan bunga pinjaman luar negeri perkiraan rata-rata 5% per tahun.

Hitung bunga saja dari total jumlah utang negara yang ditinggalkan pemerintahan SBY dan pemerintah sebelumnya. Kita ketahui total utang sebesar Rp.2.608, 8 triliun. Sedangkan sebelum Pemerintahan SBY utang negara sebesar Rp.1.298 triliun; ini kondisi akhir Oktober 2004 di era Pemerintahan Megawati Soekarno Putri.

Pemerintah SBY berjalan selama dua periode atau 10 tahun lamanya telah menambah utang sebesar Rp.1.310 triliun. Berarti Pemerintahan SBY gagal mengelola keuangan negara dan juga gagal membayar utang negara.

Karena bukan mengurangi utang negara atau minimal bayar bunga dan pokok saja, ini malahan menambah utang negara menjadi semakin menumpuk.

Dilanjutkan pemerintahan Jokowi sampai dengan Juni 2017 berarti total selama 32 bulan berjalan bunga pinjaman dari jumlah utang negara yang ditinggalkan pemerintahan SBY dan rejim sebelumnya.

Kita anggap bunga pinjaman internasional tertinggi 5% per tahun ya, jadi kita bagi rata-rata per bulan, Rp.2.608, 8 triliun; bunga setahun Rp.130, 44 triliun; kemudian dibagi 12 bulan = Rp.10,87 triliun.

Jadi 32 x Rp.10,87 triliun = Rp.347, 84 triliun. Jadi selama 32 bulan pemerintahan Jokowi dengan beban utang lama total bunganya sebesar Rp.347,84 triliun; belum termasuk utang pokok.

Kesimpulannya memang ada benarnya juga bunga dan pokok membuat pinjaman menjadi semakin menumpuk. Dimana perlu kita ketahui kas negara terus menerus mengalami besar pasak daripada tiang; yang artinya lebih besar pengeluaran dibandingkan pemasukan.

Berarti jika pemerintahan Indonesia terus menerus dengan cara yang sama dalam hal pengelolaan sebuah negara dan keuangan negara ini. Maka mulai tahun 2018 dan selanjutnya jika kita ukur secara ekonomi maka pemerintahan negara Republik Indonesia akan berpotensi sangat besar mengarah kebangkrutan ekonominya.

Ini harus segera kita cegah dengan tegas, karena jika negara ekonominya bangkrut maka bangsa dan negara juga pasti akan hancur lebur. Perlu kita ketahui juga kurs dollar AS saat ini Rp.13.363 / 1 dollar AS. Ini angka kurs yang sangat tinggi sehingga menunjukan rupiah dibatas sangat lemah.

Saya lanjutkan hitungan untuk pengelolaan keuangan negara pada rezim atau pemerintahan Jokowi, juga bisa saya simpulkan selama pemerintahan Jokowi tidak membayar utang negara yang ditinggalkan oleh pemerintahan SBY dan rezim sebelumnya.

Jadi bisa kita definisikan selama 32 bulan pemerintahan Jokowi sudah gagal total bayar utang negara, baik itu bayar bunganya saja ataupun bayar pokoknya saja, semua itu tidak dibayar.

Meskipun di dalam pembukuan utang negara pemerintahan Jokowi pernah tercatat history membayar utang negara, baik bunga ataupun pokok. Namun fakta dan kenyataan sudah kita ketahui, malahan pemerintahan Jokowi telah menambah utang negara sebesar Rp.1.106 triliun menjadi total utang negara sampai dengan Juni 2017 Rp.3.706 triliun.

Jumlah di atas ini sangat besar. Hanya dalam kurun waktu cukup singkat atau hanya dalam waktu selama 32 bulan saja. Terhitung dari 28 oktober 2014 sampai Juni 2017.

Secara garis besar pemerintahan Jokowi adalah salah satu rezim yang sudah terbukti gagal mengelola keuangan negara, karena ke depannya akan semakin berat beban utang negara. [mc]

*Kan Hiung alias Mr. Kan, Pengamat Politik san Hukum.