Bikin Krisis Qatar, Sasaran Amerika Sebenarnya Iran dan Turki Sekaligus

Nusantarakini.com, Jakarta –

Tak ada yang menyangsikan bahwa biangkerok krisis Qatar saat ini adalah Amerika Serikat. Negeri koboy ini, mau pimpinannya dari demokrat atau republiken, sama saja. Sama rakus dan kejinya.

Isu terorisme yang menjadi justifikasi Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar hanya alasan yang dibuat-buat atas bisikan Amerika.

Amerika lewat Trump telah mengikat kerjasama militer dengan kedua negara dengan nilai kontrak 100 miliar dollar.

Dengan memancing Qatar ke dalam konflik, akan tersedia medan perang baru di Timur Tengah setelah Suriah, Irak, Libya dan Yaman.

Qatar memiliki dua arti strategis untuk menusuk Iran dan Turki. Menusuk Turki, yaitu karena jaringan Qatar dengan Ikhwanul Muslimin yang kini memerintah di Turki. Sedangkan secara grografis, Qotar adalah kunci  untuk menggoyang stabilitas ekonomi Iran yang amat tergantung dengan teluk persia. Letak Qatar persis di Teluk Persia. Jika jalur laut ini bergolak dengan perang, sudah pasti Iran akan terpukul dan kemudian terisolasi.

Sementara mengapa pisau juga dihunuskan ke Turki, karena perkembangan Turki yang berhasil menggagalkan kudeta militer beberapa waktu lalu, telah menjadi landasan yang kuat bagi eks Turki Utsmani itu untuk mengislamisasi negeri itu lebih laju dan luas lagi. Akibatnya, Turki berkembang jadi kiblat baru bagi dunia Timur Tengah dan dunia Islam pada umumnya.

Tentu saja hal ini akan merugikan supremasi sekularisme yang telah menguntungkan Barat dan Amerika selama ini. Jika Turki tidak dihadang, lama-lama akan berkembang menjadi kekuatan signifikan di Timur Tengah. Apalagi Turki sebenarnya dipimpin oleh kekuaran politik AKP yang merupakan varian reformis dari Ikhwanul Muslimin yang sebelumnya sempat berkuasa sebentar di Mesir pada waktu Mursi tampil sebagai presiden pasca Mubarak. Barangkali karena alasan Ikhwanul Muslimin yang dianggap dipelihara oleh Qatar inilah mengapa Mesir di bawah Jenderal Assisi ikut-ikutan memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.

Apabila skenarionya Qatar diisolasi oleh negara-negara tetangga sesama Arabnya dan kemudian merembet menjadi konflik militer antar negara, maka sudah barang tentu sifat konflik di Timur Tengah makin bervariasi dan makin membahayakan.

Bagi Arab Saudi mungkin Qatar akan menjadi incaran ghanimah yang menjanjikan sebagaimana Amerika. Tetapi jika akhirnya Turki membantu secara langsung militer Qatar dalam upaya mempertahankan negara itu, maka ceritanya akan menjadi lain. Bukan tidak mungkin, mobilisasi jaringan Ikhwanul Muslimin untuk membantu Qatar secara militer akan dengan mudah diciptakan. Jika itu yang terjadi, wassalamlah Timur Tengah. Kecamuk perang akan besar sekali, mengingat dana Qatar yang melimpah untuk suatu aksi mobilisasi militer dengan skala internasional tidak terlalu sulit.

Apa yang diributkan oleh Arab Saudi dan Amerika tentang terorisme, akan meluas dan dahsyat.

Hendaknya diingat, Qatar Foundation dan Qatar Charity sudah lama beroperasi secara sosial keagamaan di dunia Islam. (sed)