Ngaji tentang Khilafah Kepada Mbah nDhol Senori

Nusantarakini.com, Jakarta – 

Syekh Abul Fadhol, Senori, Tuban, atau yang lebih terkenal dengan sebutan Mbah nDhol Senori, adalah salah seorang ulama yang lurus dan disegani oleh kalangan Nahdhiyyin. Beliau adalah murid kehormatan KH. HAsyim Asy’ari.

Syekh Abul Fadhol adalah ulama yang sangat alim dan produktif. Banyak karya lahir dari tangan beliau. Di antaranya: Kasyfut Tabarikh ‘an Shalat at-Tarawih, al Fara’idul Bahiyyah fi al- Ishthilatil al Fiqhiyah, al Kawakib al Lamma’ah fi Tahqiq al Musamma bi Ahlis Sunnah wa al Jama’ah, Tashil al Masalik fi Syarh Alfiyah Ibn Malik, al Jauharah as Saniyyah fi ‘Ilm as Shorf, Kifayah at Thullab fi an Nahwi, dan yang paling besar, hingga mencapai 500 halaman lebih adalah kitab beliau dengan judul Ad Durr al Farid. Kitab yang satu ini adalah syarah dari kitab Jauharah at Tauhid karya Imam Burhanuddin al Laqqani yang cukup terkenal di kalangan santri dan ulama.

Diantara ulama yang mensyarah kitab ini adalah putra beliua sendiri, dengan judul Ithaf al Murid fi Syarh Jauharah at Tauhid. Syarh yang lain yang cukup terkenal adalah Tuhfatul Murid bi Syarh Jauharah at Tauhid, karya Imam al Baijuri/al Bajuri penulis kitab Hasyiyah al Bajuri.

Namun, dua syarah di atas, jika dibanding dengan ad Durr al Farid karya Syekh Abul Fadhol ini masih kalah jauh, baik dari kelengkapan rujukan maupun kekayaan dan kedalaman materi yang disajikan.

KHILAFAH

Nah, yang menarik, seperti kitab-kitab tauhid /ilmu kalam yang lain, di dalam kitab Jauharah ini dijelaskan pula tentang kewajiban menegakkah Khilafah. Syekh Burhanuddin mengatakan:

وواجب نصب إمام عدل # بالشرع فاعلم لا بحكم العقل

“Dan wajib hukumnya mengangkat seorang imam/khalifah yg ‘adil berdasarkan hukum syara’, bukan hukum akal.”

Di dalam syarahnya, Syekh Abul Fadhal mengatakan:

والإمام ذو الإمامة. وهي رئاسة عامة في الدين والدنيا خلافة عن النبي صلى الله عليه وسلم.

“Imam adalah seorang yang memiliki kepemimpinan. Dan kepemimpinan (di sini definisikan sebagai) kepemimpinan umum dalam urusan agama dan dunia sebagai pengganti Nabi saw.

Syekh Abul Fadhol juga mengatakan:

فاعلم ان نصب الإمام العدل واجب على المسلمين لإجماع الصحابة بعد وفاة النبي صلى الله عليه وسلم على نصبه حتى جعلوه أهم الواجبات وقدموه على دفنه

“Maka ketahuilah bahwa mengangkat seorang imam/khalifah yang adil adalah wajib atas kaum Muslim, berdasarkan ijma’ shahabat pasca wafatnya Nabi saw. Bahkan mereka menjadikannya sebagai kewajiban yang paling penting dan mendahulukannya atas pemakaman jenazah Nabi saw.

Beliau bahkan menegaskan akan wajibnya khilafah tunggal di seluruh dunia.

وأجمع المسلمون على أنه لا يصح أن يكون لهم في عصر واحد خليفتان…

Dan (ulama) kaum Muslim telah sepakat bahwa tdk sah adanya dua orang khalifah bagi kaum Mualim dalam satu masa.”

Beliau juga menjelaskan bahwa imamah disebut pula KHILAFAH, dan IMAM disebut pula KHALIFAH seolah menjelaskan kepada mereka yang katrok, termasuk para santri yang tidak lagi istiqomah ikut ulama’, yang pura-pura tidak tahu atau tidak mau tahu, bahkan istilah Khilafah dan Imamah adalah sama. Jadi jika dikatakan di dalam kitab para fuqaha’ dengan istilah imamah maka yang dimaksud adalah khilafah. Dan jika disebut imam, maka sama saja maksudnya KHALIFAH.

Jadi, seolah beliau ingin membantah sebagian kalangan yang mengatakan: Kalau mengangkat imam, itu jlas wajib. Kalau khalifah nanti dulu. Kalau imamah itu jelas, tapi kalau khilafah, mana dalilnya??!!

Dalam hal ini syekh Abul Fadhol mengatakan:

فاعلم ان الإمامة قد تسمى خلافة. والإمام قد تسمى خليفة

“Ketahuilah bahwa imamah disebut pula khilafah. Dan Imam disebut pula Khalifah.”

Nah… inilah pandangan ulama asli nusantara tentang khilafah dan khalifah.

Siapa yang ngaku pengikut ulama nusantara seharusnya ikut beliau. Bukan ikut ulama yang jual(an) NUsa dan bangsa. [mc]

*KH. Hafidz Abdurahman, MA.