Inilah Arti Khusus Keberadaan FPI Bagi Umat Islam, Terutama pada Ramadlan

Nusantarakini.com, Jakarta –

Di Jakarta, jika ramadlan tiba, biasanya FPI hadir dalam berita-berita media massa. Kehadirannya tak diragukan lagi untuk menutup tempat-tempat hiburan yang berbau maksiyat mengotori keindahan ramadlan.

Mulai zaman Sutiyoso hingga zaman Fauzi Bowo, senantiasa aksi penutupan tempat-tempat hiburan itu didahului oleh tekanan massa FPI.

Hal itu berlangsung hampir 19 tahun sejak FPI di dirikan di sebuah pesantren kecil di Ciputat, malam-malam juga.

Apa yang dilakukan FPI secara konsisten selama puluhan tahun dalam hal memerangi maksiyat di negeri Muslim ini, merupakan gerakan yang baru, ajaib dan fenomenal. Tidak ada taranya dalam sejarah pergerakan Islam di negeri ini.

Pada ramadlan tahun ini, FPI sejauh yang saya pantau, tidak lagi melancarkan pendekatan ofensif langsung terhadap tempat-tempat hiburan berbau maksiyat. Pemda sudah memahami sendiri bahwa membiarkan tempat maksiyat beroperasi dalam bulan ramadlan akan mengundang FPI turun ke jalan lagi.

Di tengah popularitas FPI di mata masyarakat saat ini, membiarkan FPI turun ke jalan membasmi maksiyat di bulan ramadlan, bukan saja merugikan popularitas Pemda, tapi juga membiarkan FPI makin moncer di hadapan masyarakat. Tentu Pemda mana pun tidak menghendaki itu.

FPI sejak keberhasilan tumbangmya Ahok dan terkumpulnya jutaan orang pada 212, rasanya pencapaian FPI sudah melebihi targetnya.

FPI telah berhasil membangkitkan umat Islam Indonesia yang cenderung pasif.

Tradisi ofensif terhadap kemaksiyatan dan kezaliman merupakan hak paten FPI di Indonesia. Pantas sekali jika umat Islam Indonesia berterima kasih ke FPI.

Sekiranya pendidikan ofensif ini tidak dilancarkan oleh FPI selama 19 tahun kehadirannya di Indonesia, kemungkinan Aksi Bela Islam 1-3, berat untuk terwujud.

 

~ Putera Aly