Kyai Kampung: Kalau Ahok Sudah Kalah, Patutnya Kyai Agil Siradj Pamit dari NU, Kecuali Suka “ISIS”

Nusantarakini.com, Jakarta –

Ketika ramai kampanye Ahok vs Anies beberapa waktu yang lalu, banyak tokoh-tokoh organisasi umat Islam yang memihak ke kubu Ahok.

Di antara yang lekat dalam ingatan publik, yaitu Kyai Agil Siradj, Ketua Umum PB NU. Selain itu ada juga tokoh-tokoh PPP. Uniknya lagi, PPP yang tadinya pecah dua, satu kubu Romy dan satu lagi kubu Djan Faridz, dalam soal Ahok, kedua-duanya bergabung untuk mendukung. Padahal soal agar umat bersatu dan kuat, mereka malah berpecah dua. Umat tentu heran, sebetulnya mereka itu bekerja untuk siapa: untuk umat atau untuk orang lain atau malah untuk fulus.

Nah, yang kini jadi sorotan umat ialah bagaimana marwah NU di bawah kepemimpinan Kyai Agil Siradj sesudah dukungannya kepada Ahok ternyata keliru besar.

Selagi kuat-kuat umat memperjuangkan agar jangan Ahok menjadi gubernur DKI, Kyai Agil Siradj justru sebaliknya. Selain mempromosikan Ahok kepada umat, dia juga berusaha kuat mematahkan semangat dan pikiran umat agar Ahok jangan jadi gubernur.

Ketika itu, 28/10/2016, sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Kiai Aqil Siradj mengimbau agar rumah-rumah ibadah tidak dijadikan tempat berkampanye. Ia juga meminta agar agama tidak dijadikan kendaraan politik.

Padahal dia dengan terang-terangan menggunakan citranya sebagai ulama dan kantor PBNU menjadi tempat kampanye juga. “Jangan sekali-kali agama dijadikan alat politik. Kalau berpolitik untuk agama benar. Tapi kalau beragama untuk tujuan politik itu yang masalah. Di tempat-tempat ibadah, masjid, gereja, wihara, kelenteng, seharusnya tidak boleh untuk kampanye dan berbicara tentang politik,” katanya.

Kontradiksi yang ditunjukkan Kyai Agil Siradj tersebut rupanya dicermati juga seorang Kyai Kampung di Pinggiran Jakarta. Kepada NK dia memberikan pendapat, “Yaaah…harusnya Kyai Agil bersikap jantan, dong. Kalau sudah kalah dalam mendorong Ahok jadi gubernur DKI, dia harus pamit dari NU. Jangan jadi pengikut ISIS. Kan dia yang suka ribut anti ISIS.”

NK terkejut dengan tudingan Kyai Kampung bahwa Kyai Agil rupanya pengikut ISIS. “Piye Yai, kok Kyai Agil pengikut ISIS?”

“Lha iya. Sekarang ini, gara-gara Islam radikal menang, seperti kata Wallstreet Journal, ada ancaman besar bagi Indomesia. Nah..ancaman itu adalah ISIS. Tuh…katanya Djan Faridz sudah kumat ISIS-nya. Yang lain-lain pasti nyusul? Sampean mau negeri ini tokoh-tokoh agama dan politiknya ISIS semua?” tanya balik Kyai Kampung kepada NK.

“Hmmhh…belum paham maksude Kyai, ISIS iki opo?” tanya NK. Sebab NK tidak yakin Djan Faridz pengikut ISIS.

“Sampean iki kan wartawan. Mosok ISIS ora ngerti ngunu? ISIS iku Ikut Sana Ikut Sini. Nggak punya pendirian. Tergantung keuntungan. Oportunis kayak gitu, deh,” jawab Kyai Kampung sambil menyeka keringat di keningnya dengan sarung yang ia kenakan. “Kecuali Kyai hebat-hebat itu diam-diam memang suka ISIS, ikut sana ikut sini,” tambahnya sambil menyeruput teh daun sirsak olah istrinya.

Minuman yang diseduh dari daun sirsak tersebut,warnanya mirip teh. Termasuk rasanya. Teh ini dipercaya meningkatkan stamina dan daya tahan banting Kyai Kampung yang hidup dalam kebersahajaan. Hidupnya 180 derajat berbeda dengan petinggi-petinggu NU yang mewah. (ddr)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *