Tausiah

Aswaja Shoheh bin Genah Ala Tukang Cerita

Nusantarakini.com, Jakarta – 

ASWAJA SHOHEH BIN GENAH

Maksud dari Aswaja adalah muslim yang menghidupkan sunah-sunah Nabi SAW. Tidak hanya buat dia sendiri, tapi juga mendakwahkan kepada umat muslim lain untuk menghidupkan sunah Nabi secara berjamaah. Contoh sholat wajib dengan cara Nabi berjamaah di masjid tempat adzan dikumadangkan; makan cara Nabi berjamaah dalam satu nampan, dan mengerjakan segala sesuatu secara berjamaah.

Betul menurut al-Quran dan hadits, tapi perlu tafsir dan tuntunan ulama yang sahih. Kalau orang seperti kita bebas menafsirkan quran dan hadits, jadi kacau.

Pintu ijtihad untuk fiqih sudah tutup. Harus taqlid dengan salah satu 4 imam madzhab, yaitu ‘Hanafi, Maliki, Hambali, Syafi’i.’ Infonya ada mengakui mazhab kelima, ‘Jakfariyyah’. Imam Jakfar cicit Nabi dan gurunya imam madzhab aswaja.

Jadi yang dimaksud aswaja bukan hanya mengacu-ngaku saja, tetapi cara hidup dan berpikirnya dengan cara yahudi. Nah, yang beginian kelak bakal digebukin malaikat.

Tentang hadits shohih dan dhoif. Hadits dhoif itu bukan berarti hadits palsu. Menurut ilmu hadits masih dipakai untuk fadilah. Misal keutamaan membaca surat yasin, surat al waqiah, surat al mulk, puasa rejeb, dsb. Gak apa-apa dipakai, karena yang lemah saja diamalkan apalagi yang sohih. Sama halnya kita jaga sholat sunat rowatib, maka sholat wajib pun terjaga. Kalau sholat wajib tidak menjaga sholat rowatib, bisa dipastikan sholat wajib asal-asalan, lama-lama bisa jadi bakal tidak sholat.

Tentang pengamalan hadits dhoif untuk fadilah amal itu dibenarkan menurut jumhur ulama. Yakni para ulama yang tidak saja menguasai lmu fiqih dan qur’an. Mereka pun hafal di luar kepala kumpulan hadits Kutubus Sitta dengan sanad dan rowinya.

Kutubus Sitta adalah kumpulan kitab para ulama hadits seperti Imam Bukhori, Muslim, Ibnu Majah, Imam Ahmad, Imam Turmudzi. Nah ulama salaf yang tingkat keilmuan dan ketaqwaannya belum ada yang bisa memandang sampai sekarang maupun ulama hadits tidak melarang mengamalkan hadits dhoif sebagai fadilah amal.  Tapi mengapa kita hanya menghafal hadits cuma lima biji dan bisanya menukil hadits, mengecam dan mengharamkan.

Aya aya wae, kata orang Sunda.
Mari kita menjadi Aswaja yang betul-betul ahli Sunnah Rosuullah dengan berjamaah.

*Jiher, tukang cerita, tinggal di Jakarta [mc/ma]

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top