Internasional

Kebiadaban di Perang Suriah. Bisakah Indonesia Disuriahkan?

Nusantarakini.com, Jakarta –

Jika perang sudah meletus seperti di Suriah hari ini, maka kebiadaban aksi perang tidak mungkin terhindarkan. Dan itulah yang dirasakan anak-anak dan orang-orang sipil tak berdosa di kawasan yang sudah bertahun-tahun dilanda perang yang tak kunjung reda tersebut.

Baru-baru ini, disinyalir tentara pemerintah Suriah melancarkan pemboman di wilayah yang dikuasai lawan pemerintah. Mengerikan sekali akibat pemboman tersebut banyak anak-anak tewas mengenaskan dengan kejang-kejang. Usut punya usut, ditengarai bahwa terjadi penggunaan senjata kimia bersamaan dengan pemboman tersebut.

Dunia mengecam pemerintah Suriah yang menggunakan senjata kimia. Tetapi pemerintah Suriah sendiri tidak mengaku.

Kendatipun pemerintah Suriah tidak mengaku adanya penggunaan senjata kimia tersebut, nasi sudah menjadi bubur bahwa anak-anak yang tidak berdosa telah bergelimpangan meregang nyawa.

Beginilah implikasi dari perang yang terkadang tidak bisa diprediksi. Satu sama lain berupaya dengan cara-caranya sendiri untuk membinasakan lawan.

Di Suriah, penggunaan senjata kimia bukanlah praktik yang baru. Pembantaian di masa Presiden Hafez Asad, orang tua Presiden Basar Asad, juga pernah menggunakan senjata terlarang tersebut.

Fakta bahwa perang yang melibatkan berbagai kubu di Suriah ditambah dengan campur tangan berbagai negara di dunia, seperti Amerika Serikat, Rusia, Turki, hingga Iran, telah menyulitkan usaha untuk menghentikan perang tersebut.

Potret Suriah ini hendaknya menjadi pelajaran bagi Indonesia. Indonesia secara potensial bisa saja di masa datang terjerumus konflik seperti yang terjadi di Suriah. Jika pemerintah bermain tangan besi dan manipulasi, akan dengan sendirinya memicu reaksi kekerasan dari pihak-pihak yang tidak suka. Peristiwa demonstrasi-demonstrasi besar belakangan telah mengkristalkan golongan yang tidak suka dengan pemerintahan Jokowi. Di sisi lain, pemerintahan Jokowi seperti kepala batu yang menganggap non sense reaksi masyarakat terhadap kebijakan-kebikannya.

Di Suriah, sikap pemerintah yang kepala batu itulah yang memicu konflik hingga berlarut dan berdarah-darah hari ini.

Bila konflik seperti di Suriah itu terjadi di Indonesia, maka harus siap menghadapi konsekwensinya. Pemerintah Jokowi yang meremehkan potensi konflik di Indonesia, tidak ada faedahnya bagi kelangsungan pemerintahannya. Untunglah masyarakat tampak lebih banyak menahan diri agar konflik tidak menjurus kepada jalur kekerasan. Pemerintah Jokowi sendiri lebih suka mengabaikan dan tidak ambil pusing dengan kejengkelan masyarakat terhadap pemerintahannya yang mengarah pada gaya kepala batu. (sdr)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top