Mr. Kan: Suhu Politik Kian Memanas, Kita Harus Cegah Kegaduhannya

Nusantarakini.com, Jakarta – 

Maraknya penyebaran informasi negatif yang bermuatan kebencian, politik kotor, berita miring, provokasi, intoleransi, rasis, diskriminasi, radikal, dipolitisir, dan pemelintiran informasi lainnya; harusnya dengan bijaksana bisa dibuktikan dengan menyertakan alasan-alasan yang masuk akal berdasarkan fakta.

Kondisi tersebut menggugah hati Kan Hiung, pengamat sosial keturunan Tionghoa, melihat penyebaran ujaran kebencian yang semakin masif.

“Harusnya setiap informasi yang berujar kebencian dicari terlebih dahulu kebenarannya,” ujar pria yang kerap dipanggil Mr. Kan dalam keterangan tertulisnya kepada Nusantarakini.com, Jum’at (10/3/2017)

“Banyak informasi seperti itu (ujaran kebencian) yang saya dapat, namun tidak ada satu pun alasan yang bisa diterima,” tambahnya.

Menurut Mr. Kan, informasi yang seperti itu adalah hoax atau berita bohong. Karena disebarkan tanpa bukti dan fakta yang jelas serta hanya berbau kebencian.

“Saya dengan tegas katakan bahwa hal tersebut sangatlah kotor,” tegasnya.

Mr. Kan meminta kepada setiap orang yang ingin menyebarkan berita harus didahulukan dengan berpikir jernih dan bijaksana. Masyarakat harus dapat membedakan mana kampanye hitam dan mana kampanye yang positif.

“Solusi dan saran dari saya, jika ingin serius terlibat dalam hal sosial politik, maka pahamilah ketiga ini, anality, faktuality, dan solutif, dan harus coba pelajari tentang hukum dan UU yang berkaitan pada setiap permasalahan yang dibahas,” bebernya.

Lebih lanjut Mr. Kan menjelaskan jika terlibat dalam hal sosial dan politik  tanpa dapat memahaminya, maka ada baiknya kalau menerapkan sistem silent is golden, diam adalah emas.

“Agar tidak terbawa arus yang sangat kotor, mengingat situasi suhu politik belakangan ini yang tampak makin memanas,” ungkapnya.

Mr. Kan juga menghimbau, bahwa kita harus sama-sama untuk mencegah terjadinya kegaduhan. Sehingga kita juga dapat mencegah hal-hal yang tak diinginkan.

“Jika hal yang tak diinginkan sampai terjadi maka kita akan sama-sama mengalami kerugian yang sangat besar, karena kita semua adalah saudara sebangsa dan setanah air, dengan kondisi negara aman damai maka ekonomi akan dapat berangsur menjadi lebih baik,” ujarnya.

Kabar berita adanya intoleransi dan rasis, menurutnya juga sudah betul-betul tidak ada lagi.

“Karena dapat saya buktikan sejak pascareformasi kerukunan umat beragama, Suku dan ras sudah sangat rukun dan berjalan dengan baik,” terangnya.

“Saya ambil contoh fakta kenyataannya ya. Buktinya pada tahun 2012 Pak Ahok bisa terpilih menjadi wakil Gubernur DKI JAKARTA.  Tahun 2005 Pak Ahok bisa terpilih menjadi Bupati belitung Timur. Tahun 2006 – 2007 Pak Ahok bisa menjadi Staf khusus Gubernur Sutiyoso. Pak Ahok bisa menjadi Anggota DPR dari partai Golkar. Tahun 2008 Drs. Christiandy Sanjaya S.E, M.M. WNI asli keturunan Tionghoa bisa menjadi wakil gubernur Kalimantan Barat sampai saat ini sudah dua periode,” beber Mr. Kan menjelaskan.

Namun, Mr. Kan menyayangkan, belakangan ini pasca pilkada putaran pertama, tampak memanasnya suhu politik; sampai muncul isu-isu agama, suku dan ras.

Menurutnya, awalnya bermula dari satu masalah yaitu dugaan kasus penodaan agama yang dilakukan oleh terdakwa Ahok, yang mana pada kasus ini tampak adanya hukum yang kurang dapat ditegakkan sehingga tampak hukum yang kurang berkeadilan.

“Semua ini dapat saya sampaikan tampak adanya ketidakadilan karena saya sudah mengamati dengan baik -baik berdasarkan undang-undang yang berlaku dan yurisprudensi sudah tidak cocok lagi,” pungkasnya. [mc]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *