Analisa

FPI Itu Simbol Perlawanan Islam, Bukan Populisme

Nusantarakini.com, Jakarta – Ada gelagat yang tidak beres dari para sekularis yang sebenarnya memiliki preseden di masa lalu. Gelagat yang tidak beres ini adalah mencoba merebut wacana perlawanan Islam yang tengah tumbuh dengan melokalisir kategorinya sebagai populisme. Indikasinya dengan munculnya isu populisme yang dilemparkan oleh Vedi R Hadiz baru-baru ini. Veri R Hadiz adalah akademisi yang berkhidmat di Singapura dan Australia.

Populisme merupakan hal yang asing bagi FPI. FPI didorong oleh semangat Islam, bukan populisme.

Mengkategorisasikan FPI sebagai bentuk bangkitnya populisme, boleh jadi memiliki tendensi politik.

Di masa lalu, gerakan Islam pernah mengalaminya. Sarekat Islam pimpinan Tjokroaminoto sangat populer di mata rakyat. Tidak ada perbedaan Islam dan kepentingan rakyat saat itu dalam hal menentang penjajahan.

Tetapi tiba-tiba gerakan Islam yang merakyat itu digarap melalui penyusupan ideologi sekuler kiri sehingga menimbulkan ketegangan internal. Skisma ideologis pun terjadi.

Pada tahan selanjutnya hal itu memuluskan jalan timbulnya nasionalisme yang merebut popularitas gerakan Islam SI di hadapan rakyat.

Tunggang menunggangi, telikung menelekungi sudah pernah dialami oleh SI. Isu nasionalisme yang kemudian merebut kendali kepemimpinan perlawanan rakyat di masa pra kemerdekaan harus jadi pelajaran.

Pengakuan beberapa pihak pengamat yang meletakkan FPI sebagai bentuk populisme, harus benar-benar dicermati dan diantisipasi mau kemana arahnya.

FPI yang telah berhasil merebut kepemimpinan gerakan rakyat hari ini melawan ketidakadilan, harus dipertahankan dan dipertajam serta diperluas dukungannya. Tidak boleh entitas gerakan baru di luar FPI yang merebut kepemimpinan perlawanan rakyat yang sudah berkembang baik sekarang ini dengan mendengungkan populisme.

Harus diperhatikan, apa yang terjadi pada SI dimasa lalu yang direbut oleh sekularis nasionalis dengan melucuti aspek Islam dalam dinamika gerakan dan mengonsentrasikan nasionalisme sekuler, harus benar-benar dicegah agar jangan terulang.

Karena sudah pernah ada pengalaman, tentu mengantisipasinya lebih mudah, bukan?

 

*Syahrul Efendi Dasopang, Pengamat Gerakan Islam

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top