Gaya Hidup

Perang Biologi Melalui Makanan, Bagaimana Orang Muslim Agar Menang?

Nusantarakini.com, Jakarta – Saat ini, perang yang menargetkan suatu bangsa tertentu melalui senjata biologi lewat makanan, merupakan hal yang mungkin terjadi, sekalipun tidak banyak yang menyadari.

Pesatnya perkembangan ilmiah, senjata yang dapat melumpuhkan atau memusnahkan secara spesifik suatu bangsa, dapat dilancarkan bergantung karakteristik bahan makanan yang mereka konsumsi secara rutin.

Misalnya babi, yang umumnya dimakan oleh kelompok bangsa tertentu dan agama tertentu, hal itu dapat dijadikan medium untuk memusnahkan suatu bangsa pemakan babi. Demikian juga beras, dan sambal yang di dalamnya ada cabe, tomat dan bawang merah.

Melalui rekayasa senjata biologi, masyarakat penikmat sambal, dapat musnah tanpa harus mengeluarkan sebutir peluru pun.

Itulah sebabnya, orang Muslim diajarkan untuk memperhatikan makanannya.

“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.”
Q.S. Al-An’am (6): 145.

Islam dan Sikap Selektif Terhadap Makanan

Islam sangat ketat soal makanan ini. Tidak bisa segala hewan dapat dimakan begitu saja. Dan hewan yang halal seperti ayam, jika tanpa melalui proses sembelih dengan nama Allah, itu haram untuk dimakan.

قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ . . .(145)

“Tidaklah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang-orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu rijs (kotor), atau binatang yangdisembelih atas nama selain Allah…:

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.” (QS. Al Maidah: 3)

Hadits dari Abu Hurairah menyatakan:

« أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ». ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ ».

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang Telah menceritakan kepada kami telah kami rezekikan kepadamu.’” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?.” (HR. Muslim No. 1015)

Jadi sebenarnya Allah mengajarkan kepada orang Islam agar selektif soal makanan dengan mempertimbangkan halal haram dan thoyyib.

Sikap selektif tersebut akan menjadi pertahanan yang unggul jika terjadi perang biologi melalui makanan.

Sayangnya saat ini, banyak di antara orang Islam mengacuhkan sikap selektif ini. Padahal nanti hal tersebut menjadi bumerang bagi mereka. Berapa banyak orang Islam saat ini yang jadi korban dari dampak buruk makanan hasil rekayasa genetika atau pun melalui pestisida dan suntik hormon pada ayam. Akibatnya memicu lemahnya fisik, stamina dan penyakit-penyakit berbahaya seperti kanker bagi mereka yang mengonsumsi makanan rekayasa tersebut.

Anda yang peduli terhadap nasib manusia dengan adanya kemungkinan perang biologi secara sistematis melalui makanan, haraplah menshare artikel ini. (sed)

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top