Kronologi Jatuhnya Indonesia dalam Genggaman China, Dari Dansa hingga Pilkada DKI 2017

Nusantarakini.com, Jakarta –

Kami melacak lini masa kronologi jatuhnya Indonesia dalam pelukan China.

Ternyata semua dimulai ketika Presiden Megawati pada 24 Maret 2012 berdansa dengan Presiden China Jiang Zemin dalam satu kunjungan kenegaraan ke negeri komunis tersebut. Sejak itu perlahan tapi pasti, Indonesia mengorbit ke China.

Kendatipun SBY sempat berkuasa selama 10 tahun pasca Megawati, dekapan otot China tidak bisa lagi dilepaskan dari negara ini karena tangan-tangannya menyusup ke berbagai bidang.

Pada 29 September 2012, pasangan Jokowi – Ahok terpilih menjadi Gubernur DKI setelah melewati dua putaran pemungutan suara. Terpilihnya Jokowi – Ahok merupakan hal yang monumental bagi komunitas China di Indonesia. Bagi Jokowi sendiri ini merupakan batu loncatan menuju RI 1. Setelah jadi RI 1, Ahok pun resmi menjadi penguasa di ibukota RI.

Sejak itu gelagat kekuasaan China makin terang-terangan. Lalu pada Pilpres 2014, didukung penuh konglomerat China, pada 22 Juli 2014, Jokowi terpilih menjadi RI 1. Praktis kini sebenarnya Indonesia sudah dapat dikatakan berada dalam orbit China.

Rupanya sifat proksi semacam itu belum cukup. Mereka menginginkan lebih. Jelas sekali mereka menginginkan Ahok untuk bercokol di istana negara. Jalan untuk itu, Ahok harus legitimate menjadi gubernur DKI lewat proses pilkada. Untuk memuluskan proses itu, inilah kronologi yang terjadi.

Pada 14 Maret 2016, Titi Karnavian layaknya dikarbit, diangkat oleh Jokowi menjadi Kapolri. 26 Juli 2016, Luhut B Pandjaitan digeser menjadi Menko Kemaritiman. Kedua peristiwa jabatan ini jelas sekali untuk mengamankan Ahok yang terancam hukum oleh skandal reklamasi Teluk Jakarta.

28 Agustus 2016, Bambang DH dicopot dari Plt Ketua DPD PDIP DKI oleh Megawati. Pasalnya di tangan dia, PDIP DKI condong anti Ahok. Jelas ini pertanda yang meyakinkan bahwa Megawati sebagai pemilik partai banteng tersebut akan memilih Ahok.

Pada 9 September 2016, Budi Gunawan, seorang jenderal polisi yang dikenal sebagai mantan ajudan Megawati, diangkat menjadi Kepala BIN. Pengangkatannya ini menjadi penebus utang jasa Jokowi bagi Megawati setelah sebelumnya pencalonannya sebagai Kapolri dianulir oleh Jokowi, meskipun santer terdengar disorong oleh Megawati. Di samping itu, pengangkatannya seolah menjadi barter antara Jokowi dengan Megawati agar Ahok di dukung Megawati di dalam Pilkada DKI 2017. Jokowi sendiri tampaknya punya hubungan emosional yang dalam dengan Ahok. Belum diketahui apa pasalnya. Santer digosipkan orang, hal itu karena sebenarnya Jokowi juga beretnis China.

Setelah rentetan peristiwa di atas yang terkesan nyata mengamankan Ahok, maka pada 20 September 2016, Megawati dan PDIP-nya resmi mengajukan Ahok berpasangan dengan Djarot untuk DKI 1 pada Pilkada 2017.

Ganjil memang. Sebagai partai pemenang yang dapat mengusung sendiri calon dari partainya, tapi tidak dilakukan oleh PDIP di tengah merebaknya penolakan terhadap Ahok. Lobby China ditengarai menjadi faktor penentu dari hal tersebut. Sekarang silakan Anda menilai sendiri keadaan politik Indonesia hari ini. (sed)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *