Nasional

Ahok tidak Disuka Orang Indonesia, Karena 4 Sifat Ini!

Nusantarakini.com, Jakarta – Partai-partai yang dimotori PDIP mulai menampakkan taringnya. Mereka tengah menyusun kekuatan untuk mengalahkan Ahok pada Pilkada DKI yang akan datang. Bagaimana pun, PDIP sebagai partai pemenang tentu akan memilih mencalonkan kadernya sendiri sebagai gubernur DKI ketimbang Ahok yang saat ini belum menyatakan diri sebagai kader partai mana pun. Kecuali tiba-tiba ada perjanjian rahasia antara Ahok dengan PDIP yang menguntungkan PDIP atau Ahok mengumumkan diri sebagai kader PDIP.

Sejauh ini, partai-partai, khususnya PDIP hanya mempertimbangkan popularitasnya di mata masyarakat pemilih. Sebab jika populer, kemungkinannya partai tersebut akan dipilih rakyat pada pemilu-pemilu berikutnya akan terjadi. Lain hal dengan partai yang hanya mengejar mahar. Partai-partai semacam itu tidak lebih dari pada parasit belaka dalam sistem pemilu.

PDIP akan berhitung bagaimana masyarakat menyikapi dan memandang Ahok. Masyaraka Indonesia pada umumnya tidak menyukai Ahok karena 4 sifat yang melekat pada citra Ahok.

Pertama, sok kuasa. Sifat sok kuasa sudah tercermin dalam cara-cara Ahok menyelesaikan problem Pemda DKI. Misalnya, telah banyak pejabat DKI yang mengundurkan diri dan dipecat langsung dengan pendekatan yang tidak simpatik.

Kedua, sok ngatur. Ahok menggambarkan dirinya sebagai pejabat yang dapat mengatur hingga masalah yang sekecil-kecilnya. Sok ngatur ini tentu membuat banyak pihak tidak nyaman dengan kepemimpinan Ahok. Determinan boleh saja, tapi tidak perlu cerewet hingga urusan sekecil-kecilnya. Padahal urusan besar seperti banjir yang rutin, kesejahteraan rakyat DKI dan juga kemacetan, tidak ada yang berubah sama sekali. Bahkan Jokowi sendiri sudah mulai gerah dengan mengkritik DKI dengan gaya khasnya yaitu DKI masih nyimpan uang belanja di bank. Artinya Ahok gagal menyerap duit anggaran untuk DKI. Kecuali sungai-sungai di DKI yang terlihat bersih di masa Ahok.

Ketiga, sok paling hebat. Sifat yang ketiga ini tentu saja tidak disukai oleh pada umumnya orang Indonesia. Pada awalnya mungkin orang Indonesia mencoba mematut-matutkan diri dan berusaha memahami kehebatan Ahok. Tapi lama kelamaan orang Indonesia ogah juga dan akan kembali kepada sikap aslinya bahwa orang yang sok hebat tidak pantas mendapat tempat untuk dipuji. Orang Indonesia hanya suka pada orang yang rendah hati, tetapi kenyataannya memang hebat. Ahok, tidak bisa mengubah diri menjadi pribadi yang rendah hati dengan gaya bicara yang santun. Dia soalnya sudah terlalu tua untuk berubah.

Keempat, mencla-mencle. Sifat keempat ini yang paling diingat oleh orang Indonesia terhadap Ahok saat dia tidak jadi mendaftarkan diri lewat jalur independen. Padahal Teman Ahok sudah kucurkan keringat dan duit yang banyak untuk hal itu. Ahok sendiri sudah berkali-kali umumkan dirinya akan maju lewat jalur independen. Dan inilah kesalahan terbesar Ahok. Orang Indonesia pun mencibir, "Temannya sendiri saja dia hianati, apalagi kita yang bukan temannya".

Walhasil, semakin menggumpallah ketidaksukaan orang Indonesia kepada Ahok. Bahkan Tempo yang semula terkesan menyokong Ahok, sudah balik kanan. Apalagi ketika idealisme GM yang menghendaki jalur independen terwujud dan hegemoni partai terbatasi, tidak disokong dengan langkah politik Ahok, maka semakin sempurnalah Tempo menjauhi Ahok. Apalagi dia seperti orang yang mabuk kekuasaan dan hilang sifat ketenangan dan kontrol diri. (sed)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top