Nasional

Benarkah Di Penjaringan Ada Intifada? Berikut Catatannya!

Nusantarakini.com, Jakarta-

INTIFADA PENJARINGAN
by Zeng Wei Jian

Hari ini, Jumat 01 Juli 2016, Aliansi Masyarakat Jakarta Utara (AMJU) datang ke Polres Jakarta Utara. AMJU gelar buka puasa bersama dengan Muhtadi dan Izfan, dua pelajar SMU PSKD III Pluit yang sudah seminggu meringkuk di tahanan Polres. Mereka dijadikan tersangka pelempar batu dalam aksi menolak kedatangan Gubernur Ahok di Penjaringan.

Acara bukber ini merupakan bentuk perjuangan AMJU membebaskan Muhtadi dan Izfan. “Sekaligus memberikan spirit dan perhatian kepada adik-adik kita itu,” kata Jamran, Panglima AMJU.

Saya tiba di Polres Utara sekitar pukul 5.30 sore. Ada 20-an figur di halaman belakang. Di antaranya ada pimpinan KOBAR, Ratna Sarumpat (Gerakan Selamatkan Jakarta), Benny Biki (Kordinator Tim Kuasa Hukum), Lieus Sungkharisma (KOMTAK) dan ibunda Izfan.

Penangkapan dua pelajar ini menuai protes dari masyarakat. Seorang netizen Khoe Seng Seng menulis surat terbuka kepada Presiden Jokowi. Begini dia tulis:

“Kalau mau jujur seharusnya Gubernur DKI Jakarta ini juga harus DITANGKAP bukan hanya dua anak SMU ini. Karena awal permasalahan timbul akibat sikap EGOIS dari Gubernur ini yang diduga sudah MENGETAHUI akan DITOLAK KEHADIRANNYA di Penjaringan, tapi dengan egoisnya memaksakan untuk tetap datang ke Penjaringan yang berakibat terjadinya benturan antara aparat dan masyarakat setempat.”

Menurut aktifis Lieus Sungkharisma, Ahok adalah gubernur pertama yang dihujani batu oleh warga. “Pantes dapet penghargaan MURI tuh,” tutur Lieus.

Senator dari Jawa Tengah, Poppy Dharsono, menyatakan, “Seumur hidup baru kali ini pejabat melawan Rakyat. Itu sikap pongah. Mungkin karena merasa dilindungi aparat.”

Saya bertanya soal fenomena gubernur ditimpukin batu kepada Wakil Sekjen PKB sekaligus Wakil Ketua Komisi IV DPR-RI, Daniel Johan.

“Kasihan bangeetttt,” jawab Daniel via WA.

*
Rencananya, Kapolres Jakut, Kombes Daniel Bolly akan menerima Tim Kuasa Hukum AMJU besok, Sabtu 2 Juli.

AMJU hendak mengajukan permohonan penangguhan penahanan. Proses administrasi baru bisa dilakukan pada hari kerja yaitu Senin.

“Komunikatif, dan KAPOLRES JAKUT sangat bersahabat dan bersahaja,” kata Jamran.

Pasca Ahok dihujani dengan batu, polisi telah menangkap lima orang peserta aksi. Tiga orang dibebaskan. AMJU sudah mengadakan serangkaian pertemuan dengan pihak Polres dan Walikota Jakarta Utara, Wahyu Haryadi. AMJU juga berencana minta perlindungan kepada Komisi III DPR-RI dan Komnas Anak untuk Muhtadi.

Mantan legislator PKB, Ibu Nursyahbani Katjasungkana menyatakan, “Tak seharusnya polisi menahan dua pelajar yang terlibat demo penolakan terhadap kehadiran Ahok di Penjaringan. Demo disertai pelemparan batu tersebut melibatkan massa yang besar, tidak saja dari Penjaringan tapi juga dari kelompok masyarakat lainnya seperti dari Luar Batang yang mengalami kekerasan dan penggusuran. Polisi hendaknya melihat konteks persoalan yang dihadapi oleh kelompok miskin kota Jakarta yang sejak beberapa bulan terakhir mengalami perampasan hak hidup dan kehidupannya. Sejauh ini polisi sama sekali tak menunjukkan fungsinya sebagai pengayom rakyat sebagaimana yang dimandatkan oleh UU Kepolisian.”

Dalam bentrok akibat aksi menolak kedatangan Ahok, polisi merilis tembakan gas airmata untuk membubarkan massa demonstran.

*
Ahok, bukan polisi, tetap dianggap pangkal dari chaos di Jakarta Utara yang berakhir dengan ditangkapnya Muhtadi dan Izfan.

“Penangkapan terhadap dua pemuda membuktikan bahwa Ahok anti demokrasi. Rakyat yang kritis terhadap Ahok justru dikriminalkan. Buat Ahok demokrasi sama dengan ancaman bagi populeritasnya,” ujar Dika, Sekjen SPRI dan Aktivis Lingkar Studi Pemuda Islam.

Selama ini, Ahok menambah barisan musuh setiap hari. Berbeda dengan pola kepemimpinan Bang Yos, Ahok tidak sungkan memarahi anak buah di depan publik. Alhasil, Efendi Rustam resign dari jabatan Walikota Jakarta Utara.

Alumni PMKRI, Alex Feri bilang, “Dulu juga, kadis pendidikan dipuji lalu di pecat, kadis kebersihan dipuji lalu di pecat, kadis PU dipuji lalu dipecat, walikota Jaksel di caci maki lalu diangkat jadi walikota Jakbar, walikota jakarta utara, dulu dipuji, lalu dituduh, di caci maki hingga mundur.”

Dengan tegas, Ahok bilang demen berantem. Ternyata, tidak hanya dalam lingkungan Pemda saja Ahok suka cari musuh. Dia juga berkonfrontasi dengan DPRD, nyindir Fadli Zon dan Fahri Hamzah, selain pernah ribut dengan Menteri Susi dan Rizal Ramli. Sekalipun belakangan ini Ahok mesra dengan Setnov yang dijuluki Ahoker sebagai “papa-minta-saham”.

Selain dengan elite, Ahok juga “memerangi” banyak aktifis dan budayawan: Sandyawan Sumardi, Ratna Sarumpaet, JJ Rizal, Marco Kusumajaya, Jaya Suprana dan sebagainya.

Belum lama, Ahok kecam PPI Belanda. Pasca ditimpukin batu, sekarang Ahok berhadapan dengan dua siswa SMU: Muhtadi dan Izfan.

“Dua anak ini adalah simbol perlawanan rakyat. Perlawanan rakyat terhadap pemimpin zholim tidak boleh berhenti,” kata Senator Poppy Dharsono.

**

Senada dengan Ibu Poppy, Ketua Umum Badan Relawan Nusantara sekaligus Balon Wagub DKI, Edysa Girsang menyatakan, “Jika dirinya (Ahok) menghormati dialog dalam proses pembangunan, maka kemarahan rakyat karena penderitaan yang terbangun akibat pembangunan tak akan terakumulasi.”

Sekalipun Ahok merupakan triger show down di Penjaringan, tak ayal pihak kepolisian kena getahnya. Dika berkata, “Kericuhan yang terjadi di Penjaringan disebabkan karena perlakuan polisi yang tidak persuasif terhadap massa anti ahok. Polisi mengedepankan pendekatan represif ketimbang upaya damai. Pemuda yang saat ini ditahan di Polres Jakut harus segera dibebaskan.”

Edysa Girsang menambahkan, “Padahal tugas pemerintah adalah melindungi segenap tumpah darah Indonesia, artinya rakyat harus diangkat harkat dan martabatnya. Pihak Polres mesti menyadari bahwa, sekali lagi, itu adalah bentuk kemarahan warga terhadap regim yang anti dialog, anti rakyat pemilik sah negeri .”

Ibu Poppy Dharsono, aktifis Wignyo, Panglima Jamran, ATE (Ahmad Taufik) dan saya yakin bahwa penangkapan ini tidak akan bikin perlawanan terhadap kezoliman Ahok menjadi surut. Justru sebaliknya, Ahok semakin memupuk kekecewaan dan kemarahan masyarakat.

Saya sepakat dengan ATE saat berkata, “Muhtadi dan Izfan adalah para pejuang. Mereka berani melawan Penguasa zalim. Penguasa yang suka menggunakan kekerasan memanfaatkan aparatur negara (polisi dan TNI) dengan cara membayar untuk melakukan kekerasan, menggusur dan merampas hak rakyat. Dengan senjata batu, kawan Muhtadi dan Izfan melawan kezaliman para penindas. Mereka bagaikan pemuda-pemuda Palestina yang melawan tentara zionis Israel, Muhtadi dan Izfan patut jadi teladan dan pelajaran kita melawan para penguasa penindas, mereka adalah Intifadah (Intifader) dari Penjaringan.” (*mc/foto sukronalmakmun50.blogspot.com)
THE END

Zeng-Wei-Jian

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top