Politik

Cara Ahok Memainkan Isu Islam

Ahok-mejeng

Nusantarakini.com, Jakarta – Isu jilbab di sekolah negeri amat sensitif jika dikutak-katik. Soalnya, sejarahnya panjang. Gerakan usroh yang kini menjelma menjadi PKS maupun kalangan PII dan HMI amat sentimentil jika ada yang coba melarang pengenaan jilbab oleh siswi di sekolah negeri maupun universitas. Mau tahu sebabnya? Karena ketiga pihak di atas itu benar-benar berjuang di masa Orde Baru untuk melegalkan pengenaan jilbab bagi siswi di sekolah negeri, terutama SMA, sekolah dinas dan perguruan tinggi negeri.

Lantas jika Ahok mengumumkan maksudnya untuk melarang pengenaan jilbab di SMA Negeri, maka hal itu akan mengusik ketenangan tiga pihak di atas. Terutama aktivis-aktivis jilbabisasi yang tentu masih hidup sentosa hari ini. Sebagian mungkin ada yang sudah jadi pejabat, wartawan, ustadz, peneliti, elit ekonomi maupun DPR.

Melihat gaya Ahok yang di-set up menjadi pemancing masalah seperti selama ini, sulit dibantah bahwa tujuan dia sebenarnya bukanlah melarang pengenaan jilbab secara formal. Apalagi kecurigaan kita bertambah bahwa yang mengecer berita pelarangan oleh Ahok itu dilansir pula oleh Kompas.

Kompas sudah jelas berpihak pada Ahok. Jika Anda berkenan sedikit untuk membaca isi berita Kompas tentang pelarangan jilbab oleh Ahok itu, maka akan Anda temukan kontradiksi di dalamnya. Sementara Ahok melarang jilbab, di sisi lain dia mengumumkan dukungan seriusnya bagi siswa yang menghapal Al Qur’an. Bukan main Ahok.

Jadi sudah jelas tujuan Ahok sebenarnya untuk mengusik publik Muslim saja. Sebab watak publik muslim mudah sekali bereaksi dan cenderung naif. Ahok tahu itu. Maka dia pun mengusiknya.

Jika timbul reaksi beruntun, maka itulah yang dia cari. Dia dapat kesempatan untuk mengeksploitasi reaksi-reaksi yang timbul itu.

Terbukti, sehari persis setelah berita pelarangan jilbab itu dilansir oleh Kompas, Republika yang dipandang sebagai corong masyarakat Muslim kelas menengah pun bereaksi. Reaksinya dengan cara yang memang diinginkan oleh Ahok yaitu melibatkan komunitas yang lebih luas. Dalam hal ini, Republika mengambil komentar tokoh pemuda Muhammadiyah. Terbayang bukan, berapa juta orang Muhammadiyah dan berapa ribu pembaca Republika yang akan bergosip soal ini.

Jika semua pihak itu membicarakan Ahok, bagi Ahok itu suatu keberuntungan politis. Tinggal dia ekskusi saja, bahwa dia juga mendukung jauh dari pada sekedar jilbab, tapi menghapal Al Qur’an sekaligus. Jika itu yang terjadi, kemenangan opini ada di tangan Ahok. (sed)

Baca tautan di bawah ini bagaimana kedua koran tersebut terlibat mempopulerkan Ahok sekalipun dengan caranya masing-masing, sadar (Kompas pasti sadar) atau tidak.

1
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/06/04/15585481/ahok.larang.sekolah.negeri.wajibkan.siswinya.pakai.jilbab

2
http://m.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/16/06/05/o8ael0301-keliru-ahok-larang-sekolah-wajibkan-jilbab

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top