Nasional

Layaknya Pemerintah, Masjid ini Bikin Sensus Tahunan untuk Memetakan SWOT-nya

Nusantarakini.com, Jakarta – Masjid Jogokariyan mungkin satu-satunya yang punya cara unik untuk mengembangkan perannya. Setiap tahun pengurus masjid membuat sensus tahunan yang ditujukan kepada jamaah dan lingkungan masjid. Hasil sensus tersebut digunakan untuk data base dan peta dakwah komperehensif.

Data base dan peta dakwah Masjid Jogokariyan Yogyakarta tidak hanya mencakup nama KK dan warga, pendapatan, pendidikan dan lain-lain, tetapi juga "siapa saja yang sholat dan yang belum sholat", "yang sholat di Masjid dan yang belum sholat di Masjid", "yang sudah berzakat atau yang belum", yang sudah berkurban atau yang belum berkurban", "yang aktif mengikuti kegiatan masjid atau yang belum", "yang berkemampuan di bidang apa dan bekerja di mana", dan seterusnya. Hal itu berguna untuk mengukur kapasitas para jamaah secara faktual.

Dari data base tersebut diketahui bahwa dari 1030 KK (4000-an penduduk sekitar masjid) yang belum sholat untuk tahun 2010 terdapat 17 orang. Lalu bila dibandingkan dengan data tahun 2000 di mana yang belum sholat terdapat 127 orang, maka terjadi peningkatan ke arah yang lebih baik.
Dari sinilah perkembangan dakwah selama 10 tahun terlihat dengan nyata.

Untuk memudahkan identifikasi, Masjid Jogokariyan menandai lokasi-lokasi dengan cara yang menarik. Warna hijau berarti
sangat mendukung dakwah,
warna hijau muda berarti
cukup mendukung,
warna kuning berarti
netral terhadap dakwah,
sedangkan warna merah berarti
anti terhadap dakwah.

Di tiap rumah yang disensus dilekatkan juga atribut berlambang. Lambang Ka’bah berarti sudah berhaji. Lambang Unta berarti sudah berkurban, lambang koin berarti sudah berzakat, dan lambang peci berarti sudah shalat, dan seterusnya.

Konfigurasi rumah sekampung itu juga dipakai untuk mengarahkan para da’i yang untuk mencari rumah tertentu.

Data jamaah juga digunakan untuk Gerakan Shubuh Berjamaah.
Pada tahun 2004 dibuat Undangan Cetak layaknya Undangan Pernikahan untuk Gerakan Shubuh Berjamaah. Hasilnya jamaah datang berbondong-bondong.

Sistem keuangan Masjid juga berbeda dari masjid yang lain.
Jika masjid pada umumnya mengumumkan dengan bangga bahwa saldo infaknya jutaan, maka Masjid Jogokariyan selalu berupaya keras agar di tiap pengumumaan saldo-infak harus sama dengan NOL Rupiah. Hal semacam itu membuktikan bahwa kinerja masjid dapat dengan cepat menyerap pemasukan dari jamaah. Tentu tidak sekedar berhasil membelanjakan dana. (sed)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top